Pertanyaan 1 : Apakah dasar-dasar Sufisme? Jawaban : Dasar utama Sufisme adalah keyakinan; keyakinan Islami (Iman) dengan...
Pertanyaan 1: Apakah dasar-dasar Sufisme?
Jawaban: Dasar utama Sufisme adalah keyakinan; keyakinan Islami (Iman) dengan enam dasar, yaitu: adanya Allah; Allah Yang Esa, adanya para Malaikat, para Rasul, Hari Pembalasan, Takdir.
Pertanyaan 2: Bagaimana dasar-dasar tersebut dipahami, karena tidak satu pun merupakan subyek pembuktian umum oleh mayoritas masyarakat?
Jawaban: Semuanya dicatat di dalam pikiran dan dialami dalam "hati".
Pertanyaan 3: Apakah penyelesaian Sufisme?
Jawaban: Persepsi yang melampaui suatu pernyataan di dalam "hati".
Pertanyaan 4: Apa perbedaan antara yang Berubah dan orang-orang lain?
Jawaban: Pemahaman yang Berubah adalah sesuatu yang lain dari apa yang biasa disebut pengetahuan oleh orang lain.
Pertanyaan 5: Apa pengetahuan masyarakat biasa?
Jawaban: Adalah suatu peniruan; belajar melalui latihan dari para instruktur; dianggap yang sejati padahal tidak.
Pertanyaan 6: Bagaimana keyakinan sejati dikembangkan?
Jawaban: Dengan
mendatangi, melalui beberapa praktek, Jalan yang hanya satu
dari tujuhpuluh dua Jalan yang mungkin terbuka untuk manusia.
Bisa saja terjadi, setelah mengikuti jalan imitasi, muncul satu
yang sejati, tetapi ini sulit.
Pertanyaan 7: Apa bentuk religi lahiriah yang diikuti orang yang Berubah?
Jawaban:
Mayoritas mengikuti peribadatan Islam dan masyarakat Tradisi,
serta petunjuk-petunjuk ritualnya dimapankan oleh Syeikh
Maturidi dari Samarkand. Mereka yang mengikuti kegiatan Islam
dalam Empat Madzhab Utama, umumnya disebut Masyarakat
Keselamatan (Muslim).
Pertanyaan 8: Saat ia menanyakan madzhabnya, Bayazid al-Bisthami mengatakan, "Aku dari madzhab Allah." Apa artinya ini?
Jawaban: Semua pengakuan di atas (rukun Iman) dianggap sebagai Madzhab Allah.
Pertanyaan 9: Kaum Sufi menunjuk dirinya sebagai fenomena, pemikiran, binatang dan sayur-sayuran. Mengapa?
Jawaban:
Nabi bersabda, bahwa pada Hari Pembalasan manusia dibangkitkan
dalam bentuk binatang, sesuai perbuatan mereka sebelumnya.
Bentuknya muncul menjadi binatang atau bentuk lain yang
menyerupai secara internal, daripada bentuk kemanusiaannya.
Dalam tidurnya, manusia melihat dirinya sebagai manusia;
Bagaimanapun, ia mungkin melihat dirinya sendiri, sesuai dengan
tendensi dominannya, sebagai seekor domba, kera, atau babi.
Kesalahpahaman terhadap hal-hal tersebut menimbulkan
kepercayaan bahwa kehidupan manusia berlalu menuju kebinatangan
(transmigrasi), secara harfiah ditafsirkan oleh orang-orang
yang tidak tahu tanpa kedalaman perspektif
Pertanyaan 10:
Kaum Sufi menggunakan simbol-simbol dan menganjurkan
gagasan-gagasan yang bertentangan dengan
persyaratan-persyaratan sosial yang sudah mapan, dan asing
untuk suatu susunan pernyataan pemikiran yang secara umum
digunakan untuk sesuatu yang lebih tinggi. Mereka berbicara
tentang kekasih, gelas anggur dan sebagainya. Bagaimana hal ini
dapat dipahami?
Jawaban:
Bagi kaum Sufi, agama seperti yang dipahami orang biasa adalah
suatu yang mentah, eksternal. Simbol-simbol mereka menunjukkan
keadaan tertentu. Mereka berhak menggunakan simbol "Allah"
untuk sesuatu yang sama sekali tidak diketahui siapa pun,
terpisah dari ilusi yang disebabkan oleh emosi.
Pertanyaan 11: Bagaimana al-Qur'an dapat menjadi alis sang kekasih (hal yang utama)?
Jawaban:
Bagaimana al-Qur'an menjadi tanda yang dibuat dari karbon dan
getah di atas secarik kertas, dengan menggunakan kayu dari
rawa?
Pertanyaan 12: Para Darwis mengatakan bahwa mereka melihat Tuhan. Bagaimana mungkin?
Jawaban: Itu bukan kebenaran secara harfiah; namun merupakan perlambang suatu keadaan tertentu.
Pertanyaan 13: Tidak dapatkah suatu individu dilihat melalui lahiriahnya atau manifestasinya?
Jawaban:
Bukan suatu individu; hanya eksternal dan manifestasinya yang
terlihat. Ketika engkau melihat seseorang menghampiri dirimu,
mungkin engkau berkata, "Aku bertemu Zaid"; tetapi engkau hanya
dapat melihat apa yang dapat engkau lihat dari lahiriah dan
superficial Zaid.
Pertanyaan 14:
Menurut keyakinan ummat Muslim, merupakan penghinaan terhadap
Tuhan karena kaum darwis mengatakan, "Kami tidak takut Neraka,
atau mendambakan Surga."
Jawaban:
Mereka tidak bermaksud demikian. Maksud mereka, bahwa
ketakutan dan dambaan bukan jalan di mana manusia harus
dilatih.
Pertanyaan 15:
Engkau sebutkan bahwa tidak ada kontradiksi antara perilaku
eksternal atau keyakinan dan persepsi batiniah kaum Sufi. Bila
demikian, mengapa kaum Sufi bersikeras terhadap hal-hal
tertentu dari orang lain?
Jawaban:
Penyelubungan tersebut bukannya menentang tingkah laku yang
baik, tetapi menentang pemahaman biasa. Sebagian besar sarjana
yang diunggulkan tidak dapat memahami apa yang tidak ia alami,
oleh karena itu tersembunyi darinya.
Pertanyaan 16:
Jika seseorang hanya mengetahui keyakinan religius dan bukan
ilmu khusus kaum Sufi, akankah keagamaannya tersebut kurang
dari kaum Sufi?
Jawaban:
Tidak, keyakinannya akan menjadi keyakinan religius paling
sempurna, tidak dapat menjadi sesuatu yang lebih rendah
daripada keyakinan seorang Sufi.
Pertanyaan 17: Apa perbedaan antara Nabi, orang suci dan mereka yang mempunyai pengetahuan tinggi serta penyelam besar?
Jawaban:
Jika mereka mempunyai keyakinan religius, maka keyakinan
mereka semua sama. Perbedaan mereka terletak pada pengetahuan
mereka, bukan perasaan mereka. Seorang raja sama dengan
warganya yang memiliki dua mata, hidung dan mulut. Ia berbeda
dalam karakter dan fungsi. (Muhammad Ali al-Mishri)
KOMENTAR