Foto: suyudlukman (22/9/17) RamahNUsantara, Jakarta - Aktivitas suara, berfikir, rasa, dan gerak anak kita seiring waktu terkadan...
Foto: suyudlukman (22/9/17) |
RamahNUsantara, Jakarta - Aktivitas suara, berfikir, rasa, dan gerak anak kita seiring waktu terkadang terabaikan oleh kita sebagai orang tua. Seakan anak tumbuh dan berkembang cepat melampaui perhatian dan pengetahuan kita. Jangan sampai anak memberi arti sendiri dari setiap aktivitasnya, yang ternyata niat dan tujuan dari apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan keinginan orangtua yang tentunya keinginan berlandaskan nilai-nilai ibadah kepada Allah Swt.
Memori
yang diperoleh dalam bentuk faktual, terlihat oleh mata, tercium, terasa,
terdengar oleh indra akan lebih tertanam oleh putra-putri kita di dalam fikir
dan hatinya. Maka sauri tauladan yang baik harus senantiasa menjadi audio dan
visual yang terus kita perlihatkan kepada mereka dalam skenario kehidupan.
Yang
termasuk Ibadah menurut cara berfikir anak kita mungkin hanya, sholat, mengaji,
membaca al-Qur’an, puasa, atau ritual ibadah maghdah lainnya. Atau bahkan kita
sebagai orangtua punya pola yang sama dalam melihat makna ibadah. Seperti ada
pembedaan antara urusan agama/ibadah dengan urusan keduniaan lainnya.
الدُّنْيَا مَزْرَعَةُ الآخِرَةِ
“Dunia adalah ladangnya akhirat”
Pelajari,
pahami dan amalkan pada diri kita sebagai orangtua, bahwa semua aktivitas dunia
yang kita lakukan adalah amanah (ladang) dan akan dinilai, dipetik hasilnya
dalam bentuk pertanggungjawaban diakhirat kelak. Setiap aktivitas memiliki
nilai, maka niat ibadah kepada Allah Swt harus menjadi awal nafas, isi dan
akhir dari setiap aktivitas yang kita lakukan.
Setelah
hidayah ini hadir, maka kita sampaikan kepada buah hati kita melalui uswah
dalam bentuk lisan, bahasa tubuh, fikir, dan hati melalui do’a dan cinta,
sehingga semua memiliki makna dihadapan Allah Swt.
Diskusi
kecil yang dapat kita lakukan dengan anak kita, contohnya:
“Anakku
apa bukti atau contoh bahwa Allah sayang kepada manusia?” Mungkin anak akan
menjawab, “kita diberi banyak makanan, buah-buahan, rumah, bisa bermain, sehat,
banyak teman yang menyenangkan dan lain sebagainya.” “Subhanallah boleh juga
jawabanmu nak,” sahut orangtua kepada anaknya sambil memberi pertanyaan lagi,
“kalau Allah begitu sayang kepadamu, apakah engkau juga sayang kepada Allah?
Anak menjawab, “tentu aku sayang Allah.” Orangtua akan bertanya kembali, jika
kau sayang Allah bagaimana cara membuktikannya? Maka anak mungkin akan menjawab
hal-hal yang baik sekitar ibadah maghdah, atau bahkan diluar sangka kita,
misalnya, kalau ingin dicintai Allah aku harus jadi anak yang soleh, berbakti
kepada orangtua, guru, sayang adik kakak, teman, menyayangi dan merawat
binatang, tanaman, dan lain-lain. Subhanallah.
Moment
indah tersebut perlu disyukuri, karena ternyata putra-putri kita memahami
ibadah lebih luas sesuai dengan nalar dan usianya.
Marilah kita cermati arti hadis berikut :
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
(akan mendapatkan) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa
yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang
wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang
diniatkannya tersebut” (HR Bukhari, Muslim).
Jika kita
hendak tidur ajak buah hati kita berdo’a mohon perlindungan Allah Swt dari hal
buruk baik dalam tidur maupun diluar tidur kita, dan berniatlah untuk bangun
lebih awal menjemput rahmat Allah melalui kemuliaan shalat malam dan shalat
fajar.
Awali
pagi hari dengan do’a, tersenyum dan bahagia, sesibuk apapun kondisi dipagi
hari karena harus mempersiapkan semua kebutuhan anak-anak dan keperluan kerja
kita, perlahan tanamkan kemandirian, motivasi dengan do’a dan ajari
kalimat-kalimat toyyibah dalam setiap aktivitasnya. Mulai dengan bismillah,
akhiri dengan Alhamdulillah.
Anak-anak
berangkat ke sekolah kita sampaikan kepada mereka bahwa, barangsiapa yang
keluar rumah berniat untuk belajar atau menutut ilmu maka akan Allah mudahkan
mereka masuk surga. Di dalam majelis atau kelas diwaktu belajar, beri pemahaman
bahwa saat kita belajar, menulis, membaca, berhitung diawali dengan niat dan
do’a kepada Allah Swt, maka para malaikat Allah akan menaungi majelis tersebut
dan akan mendo’akan agar anak-anak yang ada di dalamnya mendapat keberkahan dan
rahmat dari Allah Swt.
Sampaikan
apa yang kita rasa, dan ilmu yang telah Allah tanamkan kepada kita sebagai
orangtua kepada putra-putri kita, dengan tulus dan mohon bimbingan dari Allah
Swt semoga apapun yang kita lakukan hanya karena Allah dan hanya mengharap
ridho Allah Swt.
Ada
seorang bijak yang berkata, “karena niat, aktivitas sepele dapat bernilai
besar, atau aktivitas besar dapat bernilai sepele maka, pastikan setiap
pekerjaan memiliki niat yang luhur karena Allah Swt. Jadikan gerak dan diammu
bernilai ibadah.
عَنْ اَنَسٍ قَا
لَ رَسُولُ الله ص م : لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاَ خِرَتِهِ
وَلَا اَخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتَى يُصِيْبَ مِنْهُمَا جَمِيْعًا فَاِن الدُنْيَا
بَلَا غٌ اِلَى الْاَ خِرَةِ وَلَا تَكُوْنُوْا كَلًا عَلَى النَاسِ (رواه ابن
عساكر عن انس)
Bukanlah orang yang baik
di antara kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat
atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan
keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan
akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain. (H.R. Ibnu Asakir dari Anas
dalam Kitab Tafsir al-Kasysyaf jilid 4 hal.1670)
Allah Swt berfirman:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi…"(QS. Al-Qashash: 77)
Allah Swt berfirman:
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya". [Al-Kahfi : 110].
Latih dan
beri teladan kepada buah hati kita untuk menjadi pribadi yang mandiri, tangguh,
peduli terhadap sesama, peduli terhadap lingkungan. Jangan merasa kecewa
apabila setelah ikhtiar yang kita lakukan untuk putra putri kita tidak sesuai
dengan harapan, karena hakikatnya putra putri kita adalah milik Allah, mereka
adalah amanah yang dititipkan, apabila ada kondisi diluar kemampuan kita
sebagai orang tua, berserah diri dan bertawakallah kepada Sang Pemilik Hakiki
jiwa-jiwa putra-putri kita Allah Swt.
Do’a di pagi hari yang diajarkan rasulullah untuk memulai
hari agar senantiasa dari awal kita terbangun hingga akhir kita kembali ke
pembaringan untuk tidur, mendapat rahmat dan hidayah Allah Swt, salah satunya
adalah:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا
طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Yaa
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang
halal dan baik, serta amalan yang diterima oleh-Mu.”{Musnad
Imam Ahmad,6/322. Sunan Ibnu Majah,no.925.
Dan shohih Ibnu Majah,no.753.}
(slh-Pdk.Ranggon)
KOMENTAR