Foto: NU Online RamahNUsantara, Jakarta - Pidato Anies terkait "pribumi" mulai berdampak di kalangan bawah. Berikut pengala...
Foto: NU Online |
RamahNUsantara, Jakarta - Pidato Anies terkait "pribumi" mulai berdampak di kalangan bawah. Berikut pengalaman seseorang yang dia bagi di sebuah grup WA, yang mengajarkan kita untuk tetap cool, tidak reaktif, dan yang penting: Terbebas dari prasangka -- terlebih prasangka rasis.
Begini, isinya:
Karena gerobaknya nongkrong di atas got, juga penjualnya bermata sipit, tukang mie goreng itu tak pernah saya lirik. Saya lebih suka mengemil gorengan atau martabak asin bila warung padang atau warteg yang ada di sekitar situ sudah tutup.
Tapi, barusan ini saya benar-benar apes. Asyik mengerjakan tugas dari kantor, para pedagang itu sudah tutup semua ketika saya keluar rumah demi melayani rasa lapar yang sangat. Selain tiga cangkir gelas hitam dan sebungkus rokok, sejak pagi saya baru mengisi perut dengan dua mangkuk bubur kacang yang saya beli tadi pagi dari pedagang yang lewat depan tempat kost.
Dan, kini, tinggal tukang mie goreng itu, plus kios rokok yang memang buka 24 jam. Apa boleh buat, demi menyumpal rasa lapar, saya pun menuju warung bertenda yang tampak aneh itu.
"Ko, mie gorengnya berapa?," kata saya.
"Harga pribumi atau non pribumi?," si engko penjual mie goreng, yang usianya saya taksir jelang 50-an, balik bertanya.
Mendengar jawaban itu, sebenarnya saya sudah muak. Ingin rasanya menendang gerobaknya yang kusam itu. Tapi, rasa lapar dan demi kesehatan, terlebih deadline dari kantor tinggal beberapa hari lagi, memaksa saya untuk lebih menahan diri.
"Kalau harga pribumi?," kata saya.
"Sepuluh ribu saja...," kata dia sambil terus mengosok piring di ember penuh air itu.
"Kalau non pribumi?" tanya saya lagi, diimbuhi rasa penasaran.
"Ya, ceban-lah...," kata dia, anteng, sambil terus menggosok piring yang tengah dibersihkannya.
"Jiancuk!" saya mengumpat.
Saya memesan dua bungkus mie goreng -- masing-masing harga pribumi dan harga non pribumi. Satu bungkus sudah saya santap habis barusan, satunya lagi saya siapkan buat sarapan nanti siang. (Maman Gantra)
KOMENTAR