Foto: SuyudLukman (05/10/17) RamahNUsantara, Jakarta, - Jujur merupakan salah satu akhlak yang terpuji dimana setiap orang yang beri...
Foto: SuyudLukman (05/10/17) |
RamahNUsantara, Jakarta, - Jujur merupakan salah satu akhlak yang
terpuji dimana setiap orang yang beriman dituntut untuk jujur dalam segala hal,
meskipun sebagian besar masyarakat menilai bahwa kejujuran dinilai hanya dari
perkataan. Tahukah sobat bahwa sebagaimana kita dituntut untuk selalu jujur
dalam perkataan maka sudah selayaknya kejujuran itu diikuti dengan kejujuran
dalam hati dan perbuatan.
Ayah dan Bunda perlu difahami bahwa hal yang utama
untuk mendidik anak menjadi pribadi yang jujur adalah ketulusan, semua yang
orangtua tunjukkan berasal dari lubuk hati yang paling dalam bahwa setiap titik
fikir, denyut qalbu, lisan dan perbuatan kita adalah bernilai ibadah karena
Allah, sesuai dengan tuntunan Rasulullah, memberi teladan dalam rangka mendidik
pribadi buah hati menjadi insan yang soleh dan solehah.
Orangtua laksana model audio visual yang akan
menjadi pemandangan disetiap sudut aktivitas anak baik itu di rumah, sekolah
(tempat belajar), dan tempat bermain mereka. Prilaku Ayah dan Bunda akan
terekam dalam memori buah hati kita, dan bisa jadi setiap momen membekas pada
fikir dan hati mereka. Oleh karenanya jadikan setiap momen saat bersama
putra-putri kita adalah momen yang berkualitas positif, konstruktif, penuh
kasih sayang, jelas, sehingga tertanam dan bila hal positif itu istiqomah, akan
membentuk sebuah bangunan karakter kesalehan (akhlakul karimah). Apabila ada
hal atau moment diluar alur yang seharusnya, sang buah hati seperti memiliki
singnal, peringatan dini, bahwa ada yang “salah”, seharusnya seperti ini, dan
kembali orangtua menjadi pembimbing utama untuk menjelaskan secara arif dan
bijaksana, apalagi apabila hal yang diluar alur tersebut justru muncul dari
rumah atau orangtua sendiri untuk segera introspeksi dan memperbaiki diri.
Itulah bangunan kejujuran lewat pondasi madrasatul ula yaitu di rumah
syariatnya lewat orangtua.
Untuk lebih memahamkan kita tentang bagaimana
jujurnya lisan, hati dan perbuatan, insyaa Allah kita akan merincinya satu
persatu.
Lisan yang Jujur
Berkenaan dengan lisan yang jujur terdapat dalil
dari hadits Nabi Sholallahu ‘alaihi wasallam yakni hadits dari
Syaddad bin Aus Radiallahu ‘anhu bahwasanya Beliau Sholallahu ‘alaihi
Wasallam berkata kepadaku, Wahai Syaddad bin Aus, apabila kamu melihat
orang yang mengumpulkan emas dan perak, maka kumpulkanlah kalimat ini
(doa-doa):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الأَمْرِ ، وَأَسْأَلُكَ
عَزِيمَةَ الرُّشْدِ ، وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ ، وَالصَّبْرَ عَلَى
بَلائِكَ ، وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ ، وَالرِّضَا
بِقَضَائِكَ ، وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا ، وَلِسَانًا صَادِقًا ،
وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ
، وأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ
أَنْتَ عَلامُ الْغُيُو بِ
“Wahai
Allah aku meminta kepadamu keteguhan dalam segala perkara, kesungguhan dalam
petunjuk. Aku memohon kepada-Mu segala yang bisa mendatangkan rahmat-Mu, segala
yang bisa mengundang ampunan-Mu! Aku memohon kepadamu rasa syukur atas
nikmat-Mu dan ibadah yang bagus. Aku juga memohon hati yang selamat dan lisan
yang jujur. Aku juga memohon kepada-Mu kebaikan yang engkau ketahui. Aku
meminta ampunan kepada-Mu dari keburukan yang engkau ketahui. Sesunggunya
Engkau adalah maha mengetahui perkara-perkara ghaib.” (HR. Thabrani)
Lisan yang jujur yang dimaksud disini adalah lisan
yang selaras dengan hati, antara apa yang ada dalam hatinya dan apa yang
diperlihatkan sama, lisannya tidak mengatakan yang tidak ia imani dan tidak ia
yakini. Jujurlah jangan bohong, dengan kejujuran kita akan selamat di dunia insyaAllah sampai akhirat.
Foto: RamahNUsantara |
2. Anggota Badan yang Jujur
Firman Allah ta’ala pada akhir ayat ini yang
berbunyi “Mereka itulah orang-orang yang jujur (imannya) kembali kepada dua
hal:
Pertama: Keyakinan mereka yang benar, yaitu dengan
yakinnya hati pada perkara-perkara pokok keimanan:
“…. akan tetapi kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, Hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (2/177)
Ini adalah pokok-pokok landasan keimanan.
Pokok-pokok ini bagi Agama ibarat akar bagi pepohonan, atau ibarat pondasi bagi
suatu bangunan. Allah ta’ala berfirman dalam surat ibrahim ayat ke 24:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا
فِي السَّمَاءِ [إبراهيم
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya (menjulang) ke langit.”
Maka sebagaiman pohon yang tidak tegak berdiri
kecuali dengan akar yang kuat, begitu pula dengan keimanan tidak akan kuat
berdiri tegak kecuali dengan pokok-pokok keimanan yang kokoh.
Kedua: bagusnya amalan, yaitu dengan menyempurnakan
ketundukandan kepatuhan kepada Allah ta’ala dengan melakukan apa yang telah
Allah perintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang. Ini semua merupakan
bentuk kejujuran dan ketulusan seorang hamba kepada Robnya.
Berdasarkan hal ini maka mendirikan sholat,
menunaikan zakat dan menjalankan semua yang diwajibkan serta yang disyariatkan
untuk dilakukan adalah tanda dan ciri dari kejujuran seseorang kepada Allah
ta’ala. Kejujuran dalam beribadah itu bukan kejujuran yang bersifat selektif,
yang mana dia hanya melakukan ibadah dan kewajiban yan selaras dengan nafsunya
saja adapun yang tidak sesuai dia tidak melakukannya. Ini bukanlah tanda atau
ciri orang yang jujur kepada Allah.
Dari sini diketahui, bahwa kejujuran kepada Allah
ta’ala mencakup ilmu dan amal, juga keyakinan dan syariat. Bukanlah dinamakan
sebuah kejujuran kepada Allah ta’ala, keyakinan yang ada dalam hati seseorang
namun keyakinan itu tidak direalisasikan dalam amalan nyata kejujuran kepada
Allah ta’ala mencakup baiknya hati dan baiknya perbuatan, baik ketika sendiri
ataupun dikeramaian, nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wasalam menjelaskan
dalam sabdanya:
إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ، أَلا وَهِيَ الْقَلْبُ إِنَّ
فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
“Sesungguhnya di dalam
jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia bagus maka semua anggota tubuh
menjadi bagus, dan apabila ia rusak maka semua anggota tubuh akan rusak. Segumpal
daging itu adalah hati.”
KOMENTAR