Foto: Ilustrasi RamahNUsantara, Jakarta - Ketahuilah bahwa membenci, memboikot dan berseberangan dengan kaum muslimin adalah har...
RamahNUsantara, Jakarta - Ketahuilah bahwa
membenci, memboikot dan berseberangan dengan kaum muslimin adalah haram, memaki
orang Islam adalah tindakan fasiq dan memeranginya adalah tindakan kufur jika
menilai tindakan tersebut adalah halal.
Kisah mengenai Khalid
ibn Walid bersama pasukannya ketika menuju Bani Jadzimah untuk mengajak mereka
masuk Islam cukup digunakan untuk menolak pemahaman harfiah (literal)
dari judul di atas. Saat Khalid tiba di tempat mereka, mereka menyambutnya.
Lalu Khalid mengeluarkan instruksi, “Peluklah agama Islam!”. “ Kami adalah kaum
muslimin,” Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian dan turunlah.” Lanjut
Khalid. “Tidak, demi Allah. Karena setelah senjata diletakkan pasti ada
pembunuhan. Kami tidak bisa mempercayai kamu dan orang-orang yang bersama
kamu.” Jawab mereka kembali. “Tidak ada perlindungan buat kalian kecuali jika
kalian mau turun,” Kata Khalid. Akhirnya sebagian kaum menuruti perintah Khalid
dan sisanya tercerai-berai.
Dalam riwayat lain
redaksinya sebagai berikut : Ketika Khalid tiba bertemu mereka, mereka
menyambutnya. Lalu Khalid bertanya, “Siapakah kalian? Apakah kaum muslimin atau
kaum kafir?”. “Kami adalah kaum muslimin yang menjalankan sholat, membenarkan
Muhammad, membangun masjid di tanah lapang kami dan mengumandangkan adzan di
dalamnya.” Jawab mereka. Dalam lafadz hadits, mereka tidak bisa
mengucapkan Aslamnaa (Kami berserah diri), akhirnya mereka
mengatakan Shoba’naa. Shoba’naa. “ Buat apa senjata yang kalian
bawa?, tanya Khalid. “Ada permusuhan antara kami dan sebuah kaum Arab. Oleh
karena itu kami khawatir kalian adalah mereka hingga kami pun membawa senjata.”
Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian!” Perintah Khalid. Mereka pun mengikuti
perintah Khalid untuk meletakkan senjata. “Menyerahlah kalian semua sebagai tawanan!”
Lanjut Khalid. Kemudian Khalid menyuruh sebagian dari kaum untuk mengikat
sebagian yang lain dan membagikan mereka kepada pasukannya.
Ketika tiba waktu
pagi, juru bicara Khalid berteriak : “Siapapun yang memiliki tawanan bunuhlah
ia!”. Maka Banu Sulaim membunuh tawanan mereka. Namun kaum Muhajirin dan Anshor
menolak perintah ini. Mereka malah melepaskan para tawanan. Ketika tindakan
Khalid ini sampai kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata, “
Ya Allah, saya tidak bertanggung jawab atas tindakan Khalid.” Beliau mengulang
ucapan ini dua kali.
Ada pendapat yang
menyatakan bahwa Khalid mengira mereka mengatakan Shoba’naa dengan
angkuh dan menolak tunduk kepada Islam. Hanya saja yang disesalkan Rasulullah
adalah ketergesa-gesaan dan ketidak hati-hatiannya dalam menangani kasus ini
sebelum mengetahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan Shoba’naa.
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah mengatakan :
Baca Juga:
- Nasehat Habib Lutfhi bin Yahya Tentang Jodoh dan Pernikahan
Islam Mengajarkan Kasih Sayang, Tidak Mengajarkan Kekerasan. Baca Kisahnya..!!
“Sebaik-baik
hamba Allah adalah saudara kabilah Quraisy ; Khalid ibn Walid, salah satu
pedang Allah yang terhunus untuk menghancurkan orang-orang kafir dan munafik”.
Persis seperti apa
yang dialami Khalid adalah peristiwa yang menimpa Usamah ibn Zaid kekasih dan
putra kekasih Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam berdasarkan hadits yang
diriwayatkan Al-Bukhari dari Abi Dzibyan. Abi Dzibyan berkata, “Saya mendengar
Usamah ibn Zaid berkata, “Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam mengirim
kami ke desa Al-Huraqah. Kemudian kami menyerang mereka di waktu pagi dan
berhasil mengalahkan mereka. Saya dan seorang laki-laki Anshar mengejar seorang
laki-laki Bani Dzibyan.
Ketika kami berdua
telah mengepungnya tiba-tiba ia berkata, “La Ilaaha illallah”. Ucapan
laki-laki ini membuat temanku orang Anshor mengurungkan niat untuk membunuhnya
namun saya menikamnya dan diapun mati. Ketika kami tiba kembali di Madinah,
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mendengar informasi tentang tindakan
pembunuhan yang saya lakukan. Beliau pun berkata, “ Wahai Usamah!
Mengapa engkau membunuhnya setelah dia mengatakan Laa Ilaaha illallah?!”
“Dia hanya berpura-pura,” Jawabku. Nabi mengucapkan pertanyaannya
berulang-ulang sampai-sampai saya berharap baru masuk Islam pada hari tersebut.
Dalam riwayat lain
disebutkan bahwa Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada
Usamah, “Mengapa tidak engkau robek saja hatinya agar kamu tahu apakah
dia sungguh-sungguh atau berpura-pura?”. “Saya tidak akan pernah lagi
membunuh siapapun yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”. Kata
Usamah.
Sayyidina Ali ra.
pernah ditanya mengenai kelompok-kelompok yang menentangnya, “Apakah mereka
kafir ?”, “Tidak,” jawab Ali, “Mereka adalah orang-orang yang menjauhi
kekufuran”. “Apakah mereka kaum munafik?”. “Bukan, orang-orang munafik hanya
sekelebat mengingat Allah sedang mereka banyak mengingat Allah”. “Terus
siapakah mereka?” Ali kembali ditanya. “Mereka adalah kaum yang terkena fitnah
yang mengakibatkan mereka buta dan tuli”, jawab Ali. Wallohu a’lam bish-Showab
[Kitab Mafahim Yujib An Tushohhah]
[Prof. Dr. Sayyid
Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani]
KOMENTAR