Foto: denanyar.or.id RamahNUsantara, Jakarta - Jika fikir dan hati merenungi, sebenarnya Allah SWT menginginkan agar seluruh hamba-h...
Foto: denanyar.or.id |
RamahNUsantara,
Jakarta - Jika fikir dan hati merenungi, sebenarnya Allah
SWT menginginkan agar seluruh hamba-hamba-Nya dapat memiliki qalbu yang bersih,
yang dapat menghantarkan mereka pada surga Allah SWT, sekligus untuk
menyempurnakan segala kenikmatan yang diberikan kepada seluruh hamba-hamba-Nya.
Dan untuk menyucikan hati manusia, Allah menurunkan Al-Qur’an (agama Islam),
guna dijadikan pedoman hidup manusia: (QS. 5 : 6)
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ
عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ
عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Imam
al-Ghazali menyampaikan, “bahwa hati merupakan sesuatu yang paling berharga
dalam diri manusia. Karena dengan hatilah, seseorang mampu mengenal Allah,
beramal untuk mengharapkan ridha-Nya dan juga guna mendekatkan diri kepada-Nya.
Sedangkan jasad pada hakekatnya hanyalah menjadi pelayan dan pengikut hati,
sebagaimana seorang pelayan terhadap tuannya.”
Oleh
kerena itulah terdapat sebuah ungkapan, bahwa siapa yang mengenal hatinya maka
ia akan mengenal Rabbnya. Namun disayangkan, karena betapa banyaknya manusia
yang tidak mengenal hatinya sendiri. Lalu Allah menjadikannya seolah dirinya terpisah
dari hatinya. Pemisahan ini dapat berbentuk penghalang untuk mengenal dan muroqobatullah
(selalu dalam pengawasan Allah). Dan atas dasar hal inilah, banyak ulama yang
menjadikan ma’rifatul qolb sebagai dasar dan pedoman bagi orang-orang saleh yang
ingin lebih mendekatkan dirinya kepada Allah.
Hidup di dunia ibarat menyinggahi kefanaan untuk
menuju keabadian. Maka, tak ada yang layak dilakukan kecuali melakukan yang
terbaik dan beramal saleh dalam upaya menyiapkan bekal akhirat. Tentu merugi
jika di panggung kehidupan kita meluangkan waktu untuk sekadar mengalirkan
kalimat-kalimat kasar, sikap yang menyakitkan, bahkan perasaan benci.
Dalam
panggung kehidupan ini, kita adalah aktor yang selalu berada dalam
pengawasan-Nya. Jika ingin berakhir khusnul khatimah dan menjadi aktor yang
kelak didekatkan bersama para kekasih-Nya, tak ada hal yang pantas kita lakukan
kecuali menyediakan yang terbaik.
Menyediakan hati yang
terbaik ketika beribadah kepada-Nya, hati yang suci dari penyakit jiwa, sungguh
tak mudah. Pun, bagi hamba-hamba-Nya yang telah berupaya menyediakan diri
terbaiknya untuk beribadah, Allah SWT membentangkan pahala, kemudahan, dan
curahan rahmat. Orang-orang yang berhati bersih merupakan figur Muslim utama
yang mencintai dan dicintai-Nya. Lantas, seperti apakah karakteristik orang
yang berhati bersih?
Menggapai hati yang
bersih memerlukan upaya sepanjang waktu, tiada henti. Sebab, bisa saja orang
lain (tak sengaja) mengotori hati. Dan, begitu sikap orang lain memantikkan
emosi negatif, seyogianya kita harus buru-buru membersihkannya. Setiap Muslim
dianjurkan membersihkan kotoran hati dengan membaca istighfar.
Allah SWT berfirman
dalam Alquran surah Hud ayat 13, "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada
Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada
waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan-keutamaannya (balasan). Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat."
(kutipan &
rangkuman, - SLH)
KOMENTAR