Foto: Zona Kaya RamahNUsantara, Jakarta - Empat Hal Penghambat Rizki Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ...
Foto: Zona Kaya |
RamahNUsantara, Jakarta -
Empat Hal Penghambat Rizki
Khutbah Pertama
إِنّ الْحَمْدَ
ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. أما بعد: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى
طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
يَاأَيّهَا
الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً،
وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Segala puji kita panjatkan pada
Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan pada kita
sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang. Juga lebih
dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Apa pun nikmat yang Allah berikan
patut kita syukuri walau itu sedikit.
مَنْ لَمْ
يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri
yang sedikit, maka ia sulit untuk mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad,
4: 278)
Semoga kita menjadi hamba Allah yang
bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat yang ada dalam ketaatan dan ketakwaan
pada Allah.
Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat, para tabi’in, serta
para ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita.
Ibnul Qayyim mengatakan dalam
kitabnya Zaadul Ma’ad, "Ada empat hal penghambat rezeki: (1) Tidur pagi,
(2) Sedikit shalat, (3) Bermalas-malasan, (4) Sifat khianat." (Zad
Al-Ma’ad, 4:378)
Jamaah shalat Jumat yang semoga
dirahmati Allah
Pertama
Kenapa sampai tidur pagi bisa jadi
penghambat datangnya rezeki?
Karena waktu pagi adalah waktu penuh
berkah.
Dari sahabat Shakhr Al-Ghamidiy
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ
بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di
waktu paginya.”
Apabila Nabi shallallahu mengirim
peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi
hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini) adalah seorang
pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu
dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr
bin Wada’ah. (HR. Abu Daud, no. 2606)
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِى
ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَىْءٍ
فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka
ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang
shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya
dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim,
no. 657)
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى
المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا
فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat
bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya
mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan
mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657)
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah
Kedua
Sedikit shalat berarti kurang
ketakwaan, padahal takwa itulah pembuka pintu rezeki. Allah berfirman dalam
ayat,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“Barang siapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Barang siapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah
Ketiga
Bermalas-malasan juga jadi sebab
rezeki sulit datang. Karena seorang muslim dituntut kerja dan tawakkal pada
Allah. Contohilah burung seperti yang disebutkan dalam hadits berikut.
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ
عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو
خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian benar-benar
bertawakal kepada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung
diberi rezeki. Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada
sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, no. 2344; Ibnu Majah, no.
4164; Ahmad, 1:30)
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai
seseorang yang cuma mau duduk-duduk saja di rumahnya atau hanya berdiam di
masjid, dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit pun dan hanya mau
menunggu sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata, “Orang ini
benar-benar bodoh. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda –
sebagaimana hadits burung di atas – bahwa burung saja bekerja dengan berangkat
pada pagi hari. Para sahabat Nabi yang mulia pun berdagang dan bekerja dengan
hasil kurma mereka. Merekalah sebaik-baik teladan.” (Fath Al-Bari, 11:306)
Jadi tidaklah boleh beralasan karena
sibuk ibadah dan berdakwah, sampai malas bekerja.
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa
As-Suyuthi berkata, “Al-Baihaqi mengatakan dalam Syu’ab Al-Iman, “Hadits ini
bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk
memperoleh rezeki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk
mencari rezeki karena burung tersebut pergi pada pagi hari untuk mencari
rezeki.” (Dalil Al-Falihin, 1:335)
Inilah keutamaan bagi seseorang yang
rajin mencari nafkah untuk keluarganya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ
فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ
مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفً
“Tidaklah para hamba berpagi hari di
dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, “Ya
Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.” Yang lain mengatakan,
“Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR. Bukhari, no.
1442 dan Muslim, no. 1010).
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah
Keempat
Tidak amanah, ini juga jadi sebab
orang sulit percaya. Kalau yang lain sulit percaya, bagaimana ia mudah
mendapatkan pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga mendapatkan rezeki
dengan mudah?
Ketahuilah bahwa orang yang
berkhianat terhadap amanat pun menyandang salah satu sifat munafik. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا
حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tiga tanda munafik adalah jika
berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat,
maka ia ingkar.” (HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no. 59).
Termasuk di sini pula adalah tidak
amanah dalam melunasi utang. Ingatlah bahwa utang akan menyusahkan seseorang di
akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ
دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan
masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan
dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena disana (di akhirat)
tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah, no. 2414)
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ
السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Penulis:
KH. Ibnu Mas’ud
Penasehat LTN NU Jakarta Timur
KOMENTAR