Foto: Nur Ali Al-Fatawiy Timbulkanlah Rasa Nasionalisme dengan Cara Memasang Bendera Merah Putih Tanpa Diselipi Biru di Bawahnya Walau...
Foto: Nur Ali Al-Fatawiy |
Timbulkanlah Rasa Nasionalisme dengan Cara Memasang Bendera Merah Putih Tanpa Diselipi Biru di Bawahnya Walaupun Hanya pada Umbul-Umbul.
Oleh:
Drs. Nur Ali Al-Fatawiy
A. Pendahuluan
Sejak datangnya bulan Agustus 2018 ini. Aku dan masyarakat yang lainnya merasa bangga memasang bendera merah putih yang biasa Aku dan orang tuaku memasangnya sejak dulu.
Bahkan sekarang Aku lihat Bukan hanya bendera merah putih tapi juga umbul-umbul pun jeprah. Aku lihat ke sana-sini umbul-umbul yang ada, lalu dalam hati Aku berkata:"Lho, kok,kenapa bendera Belanda: merah putih biru, banyak yang bertengger di umbul-umbul ya?".
Bahkan Jumat-Ahad, 3-5 Agustusnya, ketika Aku pergi melaksanakan tugas dinas dari MAN 15 Jakarta di Hotel Ayuda Puncak pun demikian, bendera merah putih biru banyak bersembunyi dalam susunan warna-warni umbul-umbul itu.
Sesampainya Aku dan 60 orang teman, baik guru maupun karyawan dari MAN 15 Jakarta di Hotel New Ayuda Puncak, Aku melihat umbul-umbul sedang dipasang, lalu Aku berkata kepada Drs.Zaidin: "Aduh, sayang Pak Zaidin, tuh, bendera Belanda merah putih biru lagi ekstra dipasang dengan bangga". Berkata Drs. Zaidin: "Robek aja tuh kalau P. Ali berani, paling juga bakal marah pemiliknya".
Saat Aku berpakaian baju koko dan peci bertuliskan NU di pinggir kiri depannya, dengan berkain sarung naik bus way menuju Kantor Kementerian Agama Rl, Jalan Raya M.H.Thamrin, No. 6, bersama Drs.A. Joko Mulyono ini pun, maka di pinggir setiap jalan raya banyak yang terpasang bendera merah putih biru yang menyelinap sebagai umbul-umbul itu.
Pada Ahad, 12 Agustus 2018 tersebut sampailah Aku di Car Free Day di depan bangunan Kantor Kementerian Agama, jalan raya M.H.Thamrin, bertemu Drs. A. Saifullah bersama istrinya, lalu ia berkata kepada Aku: "Nach. Ketemu kiai, kita nich", lalu berfoto ria dan difoto oleh istrinya.
Hubungannya dengan judul di atas, maka akan dibahas berikut tentang bendera merah putih dan juga selain bendera merah putih yang eksis di masyarakat kita baik dalam peristiwa sejarah nasional kita maupun kejadian masa kini.
B. Perjuangan membela simbol merah putih
Yah, Kita dari pada benci sama orang, mendingan benci sama umbul-umbul yang mengisyaratkan terkibarnya bendera Belanda: "Merah Putih Biru" yang dipasang, mungkin tanpa sengaja dan mungkin pula lama-kelamaan dengan sengaja atas biaya asing pun bisa diladenin.
Orang-orang tua kita sudah berjuang susah payah bahkan dengan berat menghadapi senjata api Belanda di Jawa, tepatnya Hotel Yamato tahun 1945. Bahkan bukan hanya bentuk Bendera dwi warna tapi bentuk yang lain pun termasuk lencana merah putih saat itu di Sumatra, akibat dihina merah putih itu dengan cara diiles-iles oleh kaki Belanda, maka menyulutlah perjuangan orang-orang tua kita menghadapi Belanda, mempertahankan merah putih tersebut sampai titik darah penghabisan.
Apa lagi bendera Negara Republik lndonesia, dwi warna yang telah diikat, dikerek dari bawah ke ujung puncak tiang bendera, saat dibacakan proklamasi kemerdekaan Rl, Jumat, 17 Agustus 1945, wajib bangga itu kita. Nach. Alhamdulillah telah kita membuktikan penaikan bendera itu di setiap upacara hari Senin pada instansi-instansi kenegaraan, termasuk upacara hari Senin, saat kita di sekolah atau madrasah.
Orang-orang tua kita termasuk Guru Yahya Bin H.Muslim, min ahli Ceger ini, semenjak ushulihi wafuru'ihi pun ketika membuat rumah tidak ketinggalan: "Bendera Merah Putih dijadikan sebagai pembungkus atau lipatan balok tengah paling atas di rumahnya dengan cara diselipkan di bawah genteng. Itulah cara orang-orang tua kita berhubbul wathon atau bernasionalisme sampai sekarang.
C. Merah putih melekat bagi Orang Betawi
Orang Betawi yang sejak dulu wilayahnya bernama Jayakarta setelah nama Sunda Kelapa berganti, maka warna merah putih ini telah jadi adatnya, dibuat kue merah putih, dengan cara makan dico'el-co'el, yakni: "tape beras MERAH, teman akrabnya kue uli yang berasal dari tumbukan beras ketan PUTIH".
Bahkan adanya Sultan Sunda Kelapa/Jayakarta pun (1489-1570), yang bernama Syarif Nurullah alias Sang Segeri (Sageri bahasa Arab, artinya: Sang Adik / panggilan untuk saudara kandung bagi Sunan Gunung Jati) yang sejarahnya di Jakarta telah diubrak-abrik oleh J.P.Coen Belanda abad 17.
Sultan Sunda Kelapa tersebut dikenal pula dengan sebutan Sultan Naragil (سلطان نارجيل), artinya: Raja Sunda (Kelapa). Orang awam menyebutnya beda lagi dengan cara menyingkat bunyi /TA/-nya Sultan menjadi: "Taragil (sulTAn RAGIL, bahasa orang awamnya, berarti: Sultan Adik)". Fernao M.Pinto, orang Portugis yang sezaman dengan Sang Sultan Sunda Kelapa itu, menyebut nama Sultan Sunda Kelapanya itu seperti ucapan orang awam juga, hanya ada perbedaan, yakni:"Tagaril King of Sunda (Kelapa)".
Sultan Sunda Kelapa itulah yang jadi sang Raja, yang jadi pusat modelan-modelannya orang Betawi, dan dari kata m(O)dela(N) mo(DEL)-an inilah timbul istilah "ONDEL-ONDEL" dengan muka MERAH bagi Sang Raja dan muka PUTIH bagi Ratu Rarakerta yang kemudian permaisuri tersebut setelah dinikah diganti nama jadi Ratu Rapi'ah yang makamnya ada di Jatinegara Kaum.
D. Pedulilah kepada merah putih
Sekarang tahun 2018 Kita sudah 73 tahun merdeka atas jerih payah perjuangan orang-orang tua Kita. Kita hanya tinggal menikmati hasil kemerdekaan itu bahkan sebagian besar kita sudah banyak yang jadi pejabat di Republik lndonesia ini, namun sayangnya mereka masih cuek-cuek saja jika bendera Belanda: "Merah Putih Biru nyata terpasang oleh rakyat tanpa sengaja walau adanya dalam bentuk umbul-umbul".
Zaman SBY, Sultan Yogya pun telah mengajarkan kepada kita dengan merobek simbol biru yang melekat pada merah putih biru. Mulailah hubbul wathon kita atau nasionlisme kita, cukup dengan cara ENGGAN menyimpan, membuat, membagikan, membeli, menyebarkan atau memasang bendera Belanda: "merah putih biru yang bercokol pada umbul-umbul HUT RI, 17 Agustusan kamu itu".
E. Robeklah warna biru yang ada di bawah dwi warna merah putih.
Jika kamu sebagai pembuat dan penjual umbul-umbul 17-an itu:
Buatlah umbul-umbul yang mengisyaratkan hubbul wathonmu atau Nasionalismemu. Boleh buat umbul-umbul macam-macam warna, asal jangan disatukan warna biru kepada warna bendera kita yang seharusnya hanya dwi warna kecuali disatukan dengan warna selain biru pas di bawahnya. Warna biru boleh ada tapi harus dipisah dengan warna lain.
Umbul-umbul yang ada warna menyatu dalam merah putih biru jangan sekali-kali dibuat. Jika lihat umbul-umbul merah putih biru, jangan Anda berikan kepada orang lain. Jika Anda sebagai konsumen, jangan Anda beli, biarkanlah jualan umbul-umbulannya tidak laku, biar sadar bendera apa sebetulnya yang dijual.
Itulah bukti hubbul wathonmu atau bukti nasionalismemu. Jika Anda melihat umbul-umbul merah putih biru, jangan sekali-kali dibiarkan terpasang dalam wilayah Negara Republik lndonesia.
Jika Anda melihat umbul-umbul merah putih biru robeklah birunya sehingga yang warna biru tidak menyatu dengan merah putih sebagai dwi warna bendera kita merah putih.
Jika kamu sebagai pemilik umbul-umbul yang bercokol bendera Belanda: "Merah Putih Biru", dirobek orang: "Jangan Anda marah, bersyukurlah karena telah diingatkan".
F. Memasang bendera merah putih wujud perjuangan bagi kemerdekaan bangsa
Kita yang hidup tinggal menikmati kemerdekaan, pas HUT Rl, jangan ada yang gak mau pasang bendera dwi warna. Ada juga yang mau pasang, pas sekali-kalinya mau, eh.. memasangnya gak tanggung-tanggung, malah umbul-umbul yang mengisyaratkan bendera Belanda: "Merah Putih Biru sengaja dipasang".
Na'udzubillah min dzaalik. Tingkatkanlah mulai sekarang hubbul wathon kita atau nasionalisme kita dengan cara dalam hati membenci bendera Belanda: "Merah Putih Biru yang terpampang setiap datangnya HUT Rl dengan cara cukuplah mengganti warna birunya yang melekat di bawah merah putih tersebut".
Salah satu bukti adanya hubul wathon kita atau rasa nasionalisme kita terkecil: "jangan sekali-kali Anda katakan: umbul-umbul mah boleh walaupun menyempil bendera Belanda yang Merah Putih Biru itu". "Hei..., kawan, jika kamu berpedoman NKRl Harga Mati. Mulai sekarang, sebarkanlah tulisan yang kau baca ini kepada WastApp Group (WAG)-mu, face bookmu atau lainnya yang Anda miliki".
Inilah cara perjuanga kita demi berlangsungnya kemerdekaan Bangsa dan Negara Republik lndonesia, bagi yang peduli tenyata masih berlanjut perjuangan Kemerdekaan Bangsa dan Negara Republik lndonesia sejak dulu dan sekarang bahkan masa yang akan datang.
---------------------------
Penulis:
Rois Syuriyah MWC NU Kecamatan Cipayung Jakarta Timur.
KOMENTAR