Foto: AJP RamahNUsantara, Bumiayu - Suatu hari Rasulullah berkata kepada sahabatnya, ''Kalau kalian ingin tahu calon peng...
Foto: AJP |
RamahNUsantara, Bumiayu - Suatu hari Rasulullah berkata kepada sahabatnya, ''Kalau kalian ingin tahu calon penghuni surga, lihatlah nanti seorang hamba Allah yang duduk di pojok masjid.'' Para sahabat dengan rasa penasaran ingin melihat sosok yang digambarkan Rasulullah. Setelah tiga hari diamati, ternyata orang tersebut hanya orang tua biasa tanpa memperlihatkan kelebihan khusus.
Karena penasaran, seorang sahabat sengaja bermalam di rumah Pak Tua itu untuk melihat langsung amalannya yang membuatnya menjadi calon penghuni surga. Setelah diamati, tidak ditemukan sebuah amalan pun yang melebihi amalan sahabat Rasulullah yang lain.
Akhirnya sahabat itu memberanikan diri bertanya, ''Amalan apa yang menyebabkan engkau dikatakan Rasulullah calon penghuni surga?'' Pak Tua itu menjawab, ''Tidak ada wahai sahabatku, tapi mungkin ada dua hal yang selalu saya lakukan sebelum saya tidur: pertama, sebelum berbaring tidur saya membuang rasa dendam kepada manusia yang menyakiti saya di siang hari; kedua, saya akan memaafkan kesalahan orang lain kepada saya sebelum dia sempat meminta maaf.''
Akhirnya
sahabat tersebut yakin bahwa inilah yang dimaksud Rasulullah dengan
perbuatan yang membuat seorang manusia masuk surga. Seluruh ibadah dan
kewajiban serta larangan Allah terhadap manusia tujuan akhirnya satu,
yaitu menjadi manusia yang memiliki hati yang bersih. Karena, dari hati
yang bersihlah lahir sifat mulia dan terpuji yang sangat berguna untuk
membentuk suatu masyarakat yang harmonis dan aman.
Kedua
sifat yang dijelaskan dalam kisah di atas merupakan sumber kegalauan
hati yang pada gilirannya akan menyibukkan pikiran dengan rasa dendam
dan selalu memikirkan kesalahan orang lain. Akibatnya, keinginan untuk
beribadah berkurang; rasa khusuk dalam beribadah akan terganggu.
Di
sinilah kegembiraan setan, dengan kita membukakan pintu hati untuk
digoda agar lupa kewajiban sebagai hamba Allah. Seluruh pikiran
terbelenggu untuk selalu melihat orang dengan segala nikmat dan bencana.
Ketika orang lain mendapat nikmat, hatinya menjadi gelisah, dan ketika
mendapat bencana hatinya gembira di atas penderitaan orang lain.
Memperoleh kesucian hati bukanlah pekerjaan yang mudah. Hati manusia bagaikan gelombang. Selalu berubah-ubah sesuai kekuatan ketakwaan. Manusia harus melatih hati dengan amal yang mulia. Dalam istilah ilmu tasawuf dikenal dengan istilah mujahadah, dan dalam menjalaninya harus melakukan secara sungguh-sungguh.
Memperoleh kesucian hati bukanlah pekerjaan yang mudah. Hati manusia bagaikan gelombang. Selalu berubah-ubah sesuai kekuatan ketakwaan. Manusia harus melatih hati dengan amal yang mulia. Dalam istilah ilmu tasawuf dikenal dengan istilah mujahadah, dan dalam menjalaninya harus melakukan secara sungguh-sungguh.
Ada
seorang ulama yang untuk melatih sifat rendah hati rela melakukan
pekerjaan yang dianggap orang lain hina, dan berpakaian murahan selama
bertahun-tahun. Tak lain tujuannya adalah agar tidak terdapat sifat
sombong dalam hati yang sangat dimurka Allah. Allah akan menerima
manusia berhati suci di akhirat kelak dengan maghfirah dan rahmat yang
berlimpah. Sedangkan hati yang busuk, niscaya murka Allah yang akan
diterima.
Penulis:
Santri Mbeling
Penulis:
Santri Mbeling
KOMENTAR