Foto: AJP RamahNUsantara, Magelang - Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena perh...
Foto: AJP |
Pada suatu malam hartawan Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk diajak pergi ke pinggir kota Madinah.
“Malam ini akan
ada serombongan kafilah yang hendak bermalam di pinggir kota, dalam perjalanan
pulang”, kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman bin Auf.
“Lalu apa
masalahnya?” tanya Abdurrahman.
“Kafilah ini
akan membawa barang dagangan yang banyak, maka kita sebaiknya ikut menjaga
keselamatan barang dari gangguan tangan-tangan usil. Jadi nanti malam kita
bersama-sama harus mengawal mereka”, sahut sang Khalifah.
Abdurahman dengan senang hati membantu dan siap mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang ia cintai ini.
Abdurahman dengan senang hati membantu dan siap mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang ia cintai ini.
Demikianlah sang
khalifah menjalankan tugasnya, turun tangan langsung untuk memastikan rakyatnya
tidur dan hidup dengan tenang. Bahkan malam itu khalifah Umar mendesak
Abdurahman untuk tidur sambil siaga sementara ia sendiri tetap terjaga hingga
pagi hari.
Khalifah Umar
bin Khattab memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang selalu melakukan
perbuatan-perbuatan baik secara diam-diam. Orang yang ditolongnya sering tidak
tahu, bahwa penolongnya adalah khalifah yang sangat mereka cintai.
Pernah suatu malam
Auza’iy pernah ‘memergoki’ Khalifah Umar masuk rumah seseorang. Ketika keesokan
harinya Auza’iy datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua
yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam
ada orang yang datang ke rumahnya untuk mengirim makanan dan obat-obatan.
Tetapi janda tua itu tidak pernah tahu siapa orang tersebut! Padahal orang yang
mengunjunginya tiap malam tersebut tak lain adalah adalah khalifah yang sangat
ia kagumi selama ini.
Pada suatu malam
lainnya ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota, tiba-tiba ia
mendengar rintihan seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang lusuh. Ternyata
yang merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan . Di sampingnya, duduk
suaminya yang kebingungan. Maka pulanglah sang Khalifah ke rumahnya untuk
membawa isterinya, Ummu Kalsum, untuk menolong wanita yang akan melahirkan anak
itu. Tetapi wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa orang yang
menolongnya dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul Mukminin yang mereka cintai.
Pada kisah
lainnya, ketika sang Khalifah sedang ’meronda’, ia mendengar tangisan anak-anak
dari sebuah rumah kumuh.
Dari pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar diluar jendela, sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah.
Khalifah Umar yang mendengar hal ini tak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu. Malam itu juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Bahkan ia sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Dan keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah khalifah Umar bin Khatab.
Penulis:
Sudir Santri Sak Paran Paran
Dari pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar diluar jendela, sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah.
Khalifah Umar yang mendengar hal ini tak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu. Malam itu juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Bahkan ia sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Dan keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah khalifah Umar bin Khatab.
Penulis:
Sudir Santri Sak Paran Paran
KOMENTAR