Foto: Candra Malik (twitter) 21/9/17. RamahNUsantara, Jakarta - Beberapa saat yang lalu viral video cuplikan fatwa Abuya Muhtadi Pan...
Sesampai di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Cidahu, Pandeglang, Banten, asuhan KH. Ahmad Muhtadi Dimyathi, rombongan disambut dengan hangat dan ramah oleh sang pengasuh. Mewakili rombongan Kyai Wahid meminta ijin kepada Abuya Muhtadi untuk meminta berkah doa beliau. Beliau pun langsung memimpin doa yang diamini oleh para santri Gus Dur.
Kemudian dilanjut dengan obrolan ringan. Sesaat kemudian Abuya Muhtadi mengajak rombongan naik ke ruangan perpustakaan beliau di lantai atas. Beliau mengambil kitab Kifayatul Mustafid karangan Syaikh Mahfudz Termas. Beliau ingin menunjukkan kepada para santri bahwa harus berhati-hati dengan kitab-kitab yang dicetak sekarang. Karena banyak sekali dari kitab tersebut yang sudah mengalami distorsi/tahrif/pengubahan yang disengaja oleh oknum-oknum tertentu.
Abuya Muhtadi sembari menunjukkan kitab dan halaman yang dimaksud, beliau berkata dengan nada sangat menyayangkan:
ما من صحيفة تلك الكتب ومن تلك النسخ إلا وفيها زيادة أو نقص مبطل لسياق الكلام
“Tidaklah yang ada dalam kitab-kitab dan lembaran-lembaran itu terkecuali sudah mengalami penambahan dan pengurangan yang bathil (tidak benar).”
Kemudian Abuya Muhtadi berfatwa: “Tetap ormas Islam yang datang dari Luar Negeri tidak boleh masuk Indonesia. Selamanya! Siapapun, HTI, FPI, semuanya!”
Obrolan yang bernada tegas namun tetap dengan suasana khas kyai pesantren, kyai NU, yakni candaan yang menyenangkan. Tentu sarat dengan hikmah dan pelajaran yang dalam. Sejenak kemudian beliau kembali menegaskan bahwa para generasi penerus harus waspada terhadap ormas-ormas Islam, yang bentuknya memang Islam, datang dari luar negeri, tapi menolak Pancasila. Semua ormas itu dilarang masuk Indonesia. Karena bagi Abuya Muhtadi Pancasila sudah final.
Bahkan Abuya Muhtadi siap mengadakan pertemuan dan diskusi terbuka kepada siapapun yang tidak setuju atau tidak terima. “Silakan datang ke sini, ayo adakan pertemuan. Kita buka bersama.” Tutur Abuya Muhtadi dengan maksud orang-orang yang belum paham agar mau mengaji kepada kyai dan guru yang silsilah keguruannya nyambung hingga ke Rasulullah Saw.
Sebelum pamitan, rombongan santri Gus Dur memberikan cinderamata kepada Abuya Muhtadi sebuah foto Ulama-ulama Nusantara berfigura. Lalu Abuya Muhtadi menyebutkan sanad keguruan kitab Kifayatul Mustafid yang diwasiati dari almarhum ayahanda kepada dirinya, “Saya dari al-Walid (ayahanda; KH. Dimyathi), dari Syaikh Dalhar Watucongol, dari Syaikh Mahfudz Termas (sang muallif/penyusun kitab).”
Nampak yang turut menyaksikan adalah Banser Muhammad Wasroni, Sukma Adi, dan teman-teman santri Soko Tunggal lainnya yang saya kenal.
(Syaroni As- samfuriy)
KOMENTAR