(Dalam sebuah catat) Hari ini, Rabu 20 September 2017 tepatnya nanti sore saat matahari terbenam, para praktisi Ilmu Falak hususnya ...
(Dalam sebuah catat)
Hari ini, Rabu 20 September 2017 tepatnya nanti sore saat matahari terbenam, para praktisi Ilmu Falak hususnya dari
kalangan NU (Nahdlatul Ulama’) akan dengan seksama mengamati munculnya bulan baru (Hilal) atau lazim disebut
‘Rukyatul Hilal bil Fi’li’.
Sebagaimana pada setiap awal bulan Ramadlan, Syawal dan Dzul hijjah, penentuan awal bulan baru di kalangan
Nahdlatul Ulama’ menganut metode Ru’yatul Hilal (Hilal harus betul betul bisa dilihat dengan mata telanjang). Bukan hanya mengandalkan perhitungan Hisab belaka.
Hanya saja Ru’yatul Hilal yang dilakukan di selain 3 bulan tersebut kurang begitu familiar atau kurang mendapat perhatian husus di kalangan masyarakat awam.
Kalau untuk menentukan awal bulan Ramadlan dan syawwal, masyarakat terlihat begitu ‘heboh’ dan antusias saat
menunggu informasi penetapan awal bulan, hal itu tidak lain dikarenakan sangat erat hubungannya dengan ibadah
Puasa, Hari Raya idul Fitri dan Idul Adlha.
Tetapi mengapa di bulan-bulan yang lain seperti Muharram, Rajab dan Sya’ban
terkesan tidak begitu dipedulikan oleh masyarakat? Umumnya mereka hanya berpatokan dengan Hisab yang ada di
kalender masing-masing yang seringkali antara satu dan lainnya terdapat perbedaan. Padahal bukankah di bulan-bulan tersebut juga ada anjuran ibadah yang erat hubungannya dengan penentuan awal bulan? Seberti puasa Tasu’a’, Asyuro,
do’a awal dan akhir tahun, nisfu sya’ban dan lain lain.
Seperti halnya apa yang akan terjadi di akhir tahun ini (1438 H). Menurut perhitungan Hisab bahwa Akhir bulan
Dzulhijjah (Ijtima’) terjadi pada hari ini, Rabu, 20/09/2017 siang. Sehingga menurut perhitungan tersebut dengan mengesampingkan metode ru’yatul hilal bil fi’li, maka besok, hari Kamis, 21/09/2017 sudah masuk Tahun baru hijriyah 1
Muharram 1439 H.
Akan tetapi apabila kita konsisten mengikuti metode Ru’yatul Hilal, semestinya kita harus menunggu hasil ru’yat yang sedang akan dilakukan oleh para tim ru’yat pada hari ini, Rabu, 20/09/2017 sekitar pukul 17.25 WIB sore hari.
Apalagi menurut perhitungan hisab, tinggi hilal pada sore nanti sangat rendah sekali sehingga kecil kemungkinan untuk bisa
diru’yat bil fi’li.
Berikut hasil perhitungan Hisab Awal Bulan Muharram 1439 H. menurut Metode kitab Addurul Aniq untuk markaz
Condrodipo Gresik:
Ijtimak akhir bulan DZUL HIJJAH 1438 H. terjadi pada hari Rabu Pon, tanggal, 20 September
2017 M. Pukul : 05:28:44 UT / Pukul 12:28:44 LT (local time)
Saat maghrib : 17° 27' 07"
Beda azimut M-B : 02° 18' 25"
Umur 04:58:23
Elongasi M-B 04° 00' 42"
Irtifak haqiqi 02° 08' 56"
Nurul Hilal 0,121 %
Irtifak Mar'i 01° 11' 48"
Muktsul hilal 00:08:36
Azimut matahari 270° 47' 28"
Ghurub hilal 17:35:43
Azimut bulan 273° 05' 53"
Dalam tabel tersebut disebutkan bahwa ketinggian Hilal Mar’I hanya 1 derajat 11 menit 48 detik, umur bulan setelah
ijtima’ 4 jam 58 menit 23 detik dan elongasi matahari-bulan : 4 derajat. Angka tersebut Jauh di bawah standart imkanurrukyah yang selama ini dipakai oleh Negara-negara asean yang tergabung dalam MABIMS.
Sehingga kalau nanti sore para tim perukyat tidak berhasil merukyat karena rendahnya hilal atau karena tertutup awan, maka kalau dianalogikan dengan penentuan awal ramadlan dan syawal seharusnya bulan Dzul Hijjah Tahun ini
digenapkan 30 hari (Fa Akmilul Iddata Tsalatsina Yauman). Tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1439 H. Jatuh pada hari
Jum’at 22 September 2017 M. dan do’a awal dan akhir tahun harusnya dilakukan pada hari Kamis Malam Jum’at besok.
Wa Akhiran, apapun yang terjadi sore nanti. Berhasil atau tidak tim perukyat melihat hilal, kami ucapkan SELAMAT
TAHUN BARU HIJRIYAH 1439 H. Semoga tahun ini lebih berkah dari tahun sebelumnya Amiin (*)
Widang, 20 September 2017
*Abdullah Thoyyib*
_*Anggota Lajnah Falakiyah KESAN Pusat Langitan dan Lajnah Falakiyah PAC NU Kec. Widang._
kalangan NU (Nahdlatul Ulama’) akan dengan seksama mengamati munculnya bulan baru (Hilal) atau lazim disebut
‘Rukyatul Hilal bil Fi’li’.
Sebagaimana pada setiap awal bulan Ramadlan, Syawal dan Dzul hijjah, penentuan awal bulan baru di kalangan
Nahdlatul Ulama’ menganut metode Ru’yatul Hilal (Hilal harus betul betul bisa dilihat dengan mata telanjang). Bukan hanya mengandalkan perhitungan Hisab belaka.
Hanya saja Ru’yatul Hilal yang dilakukan di selain 3 bulan tersebut kurang begitu familiar atau kurang mendapat perhatian husus di kalangan masyarakat awam.
Kalau untuk menentukan awal bulan Ramadlan dan syawwal, masyarakat terlihat begitu ‘heboh’ dan antusias saat
menunggu informasi penetapan awal bulan, hal itu tidak lain dikarenakan sangat erat hubungannya dengan ibadah
Puasa, Hari Raya idul Fitri dan Idul Adlha.
Tetapi mengapa di bulan-bulan yang lain seperti Muharram, Rajab dan Sya’ban
terkesan tidak begitu dipedulikan oleh masyarakat? Umumnya mereka hanya berpatokan dengan Hisab yang ada di
kalender masing-masing yang seringkali antara satu dan lainnya terdapat perbedaan. Padahal bukankah di bulan-bulan tersebut juga ada anjuran ibadah yang erat hubungannya dengan penentuan awal bulan? Seberti puasa Tasu’a’, Asyuro,
do’a awal dan akhir tahun, nisfu sya’ban dan lain lain.
Seperti halnya apa yang akan terjadi di akhir tahun ini (1438 H). Menurut perhitungan Hisab bahwa Akhir bulan
Dzulhijjah (Ijtima’) terjadi pada hari ini, Rabu, 20/09/2017 siang. Sehingga menurut perhitungan tersebut dengan mengesampingkan metode ru’yatul hilal bil fi’li, maka besok, hari Kamis, 21/09/2017 sudah masuk Tahun baru hijriyah 1
Muharram 1439 H.
Akan tetapi apabila kita konsisten mengikuti metode Ru’yatul Hilal, semestinya kita harus menunggu hasil ru’yat yang sedang akan dilakukan oleh para tim ru’yat pada hari ini, Rabu, 20/09/2017 sekitar pukul 17.25 WIB sore hari.
Apalagi menurut perhitungan hisab, tinggi hilal pada sore nanti sangat rendah sekali sehingga kecil kemungkinan untuk bisa
diru’yat bil fi’li.
Berikut hasil perhitungan Hisab Awal Bulan Muharram 1439 H. menurut Metode kitab Addurul Aniq untuk markaz
Condrodipo Gresik:
Ijtimak akhir bulan DZUL HIJJAH 1438 H. terjadi pada hari Rabu Pon, tanggal, 20 September
2017 M. Pukul : 05:28:44 UT / Pukul 12:28:44 LT (local time)
Saat maghrib : 17° 27' 07"
Beda azimut M-B : 02° 18' 25"
Umur 04:58:23
Elongasi M-B 04° 00' 42"
Irtifak haqiqi 02° 08' 56"
Nurul Hilal 0,121 %
Irtifak Mar'i 01° 11' 48"
Muktsul hilal 00:08:36
Azimut matahari 270° 47' 28"
Ghurub hilal 17:35:43
Azimut bulan 273° 05' 53"
Dalam tabel tersebut disebutkan bahwa ketinggian Hilal Mar’I hanya 1 derajat 11 menit 48 detik, umur bulan setelah
ijtima’ 4 jam 58 menit 23 detik dan elongasi matahari-bulan : 4 derajat. Angka tersebut Jauh di bawah standart imkanurrukyah yang selama ini dipakai oleh Negara-negara asean yang tergabung dalam MABIMS.
Sehingga kalau nanti sore para tim perukyat tidak berhasil merukyat karena rendahnya hilal atau karena tertutup awan, maka kalau dianalogikan dengan penentuan awal ramadlan dan syawal seharusnya bulan Dzul Hijjah Tahun ini
digenapkan 30 hari (Fa Akmilul Iddata Tsalatsina Yauman). Tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1439 H. Jatuh pada hari
Jum’at 22 September 2017 M. dan do’a awal dan akhir tahun harusnya dilakukan pada hari Kamis Malam Jum’at besok.
Wa Akhiran, apapun yang terjadi sore nanti. Berhasil atau tidak tim perukyat melihat hilal, kami ucapkan SELAMAT
TAHUN BARU HIJRIYAH 1439 H. Semoga tahun ini lebih berkah dari tahun sebelumnya Amiin (*)
Widang, 20 September 2017
*Abdullah Thoyyib*
_*Anggota Lajnah Falakiyah KESAN Pusat Langitan dan Lajnah Falakiyah PAC NU Kec. Widang._
KOMENTAR