Habib Jindan di Istana Bogor RamahNUsantara, Bogor - Peringatan Maulid Nabi malam Jum'at kemarin, 12 Rabi'ul Awwal 1439 Hi...
Habib Jindan di Istana Bogor |
RamahNUsantara, Bogor - Peringatan Maulid Nabi malam Jum'at kemarin, 12 Rabi'ul Awwal 1439 Hijriah, di Istana Bogor mengundang Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan dari Yayasan Al Fachriyah, Tangerang, Banten.
Habib Jindan berceramah dengan tema 'Moderasi Dakwah Nabi Muhammad Saw. dalam Mewujudkan Harmoni Kehidupan'. Berikut adalah ringkasan dari apa yang disampaikan beliau:
Seorang mukmin di manapun dia ditempatkan dan sebagai apapun, harus memberi manfaat. Sebagai presiden, ia mukmin, sebagai menteri, ia mukmin, menjadi pejabat, pedagang ia mukmin. Sebagai mukmin, di manapun ia memberi manfaat. Manfaat kepada semua, membantu dan memberi, menunjukan keindahan Islam di dalam profesinya. Angkat citra Islam, bukan menjatuhkan citra agama Islam.
Allah menyatakan, "Sesungguhnya dengan rahmat Allah engkau (Muhammad) bersikap lemah lembut". Nabi Muhammad Saw. selama berdakwah selalu mendapat halangan dari para penolaknya. Tetapi hal itu bahkan tak membuat Rasulullah berlaku kasar kepada mereka.
Dalam jihad yang Rasulullah lakukan, Rasulullah selalu berpesan untuk dilakukan dengan aturan, rahmat, dan kasih sayang. Ketika dalam peperangan, kepada para sahabat dan umat Islam, Rasulullah berpesan agar tidak menganggu wanita, anak-anak, tidak menganggu orang-orang yang sedang beribadah di kuil atau tempat ibadah mereka. Tidak boleh diganggu atau dirusak, serta tidak boleh mengganggu orang yang tidak berhubungan dengan peperangan.
Bahkan, Nabi Muhammad selalu berpesan kepada panglima perangnya untuk tidak mengejar musuh yang sudah berpaling. Sementara bila musuh menyerang, jangan pula langsung menyerang. Ajak mereka dalam agama Islam. Tawarkan mereka ajaran Islam hingga mereka berhenti memerangi kita.
Ketika sahabat Ali bin Abi Thalib yang ditunjuk sebagai panglima satu peperangan, Ali bertanya kepada Nabi, apa yang harus dilakukan. Rasulullah menjawab, "Ajaklah mereka kepada Islam. Demi Allah, engkau mengajak satu orang ke jalan hidayah, lebih baik dari engkau bawakan aku harta rampasan perang ataupun kekuasaan sebuah negeri, itu bukan yang dicari, tapi aku ingin semua orang mendapatkan hidayah”.
Ketika banyak para sahabat dan umat Islam gugur dalam peperangan, salah seorang dari sahabat mendatangi Nabi dan memintanya untuk mengutuk mereka yang telah memerangi umat Islam. Nabi mengatakan, "Dalam situasi perang, aku diutus bukan sebagai tukang caci maki dan tukang laknat, itu bukan aku. Sekalipun dalam situasi perang, aku diutus sebagai rahmatan lil’alamin bagi alam semesta ini."
Agama Islam tidak dibela dengan makian. Agama Islam tidak dibela dengan cacian. Agama Islam berjaya di bumi Indonesia ini, di semua tempat di penjuru dunia ini dengan rahmat, dengan kasih sayang, dengan kegigihan dan kesungguhan dalam menjalankan ajaran dan dakwah Nabi Muhammad Saw.
Kita diperintahkan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, itu betul. Amar ma’ruf, yaitu mengajak/memerintahkan manusia pada kebaikan dengan cara baik-baik. Nahi munkar, mencegah manusia dari kemunkaran juga dengan cara yang baik (ma’ruf). Bukan kita amar ma’ruf dengan cara munkar, atau nahi munkar dengan cara munkar, jadi dua munkar.
Dalam menjalanlan amar ma’ruf nahi munkar, Nabi tidak pernah mencaci, mengatakan orang jahat selama-lamanya. Bahkan selama berdakwah, diuji, diteror, ditindas, diperangi, Nabi Muhammad tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor dan mengumpat. Rasulullah menampilkan keindahan Islam di dalam semua perilakunya.
Nabi Muhammad selalu bertutur kata lembut dan memiliki suara yang merdu. Sehingga dirinya tak pernah mencaci orang lain. Agama Islam tidak dibela dengan cacian, makian. Agama Islam dibela dengan rahmat, kasih sayang dan kegigihan. (*)
KOMENTAR