Foto: p4tkmatematika RamahNUsantara, Jakarta - Sejarah Pergerakan Guru dan Timbulnya Hari Guru Nasional Oleh: Drs.Nur Ali Al-Fatawi...
Foto: p4tkmatematika |
Oleh:
Drs.Nur Ali Al-Fatawiy
A. Guru Masa VOC dan Masa Hindia Belanda
1. Kebijakan Pemerintah VOC
Sejalan dengan kebijaksanaan umum VOC, maka guru-guru untuk sekolah di wilayah kekuasaannya, pada umumnya merangkap sebagai guru Agama Kristen. Guru-guru sebelum melakukan tugasnya harus mempunyai lisensi yang diterbitkan oleh Kompeni. Tetapi ujiannya diselenggarakan oleh Gereja Reformasi dan dengan demikian menunjukkan bahwa calon guru tersebut adalah warga dari Gereja tersebut.
VOC mengadakan pembatasan yang tegas antara penduduk Bumiputra dengan golongan "merdeka", yaitu orang-orang keturunan campuran dan orang-orang Asia lainnya, dengan pegawai-pegawai Kompeni dan orang asing.
2. Guru Bumiputra dan Guru Eropa
Di samping guru-guru Eropa, terdapat guru-guru Bumiputra untuk mengajar anak-anak orang Bumiputra Kristen dan anak-anak budak belian dalam bahasa Melayu atau Portugis. Pada tahun 1706 di Batavia terdapat 36 orang guru Bumiputra.
Walaupun pendidikan berwatak dan bercorak agama, namun guru-guru adalah pegawai VOC dan diberi pangkat-pangkat "komersiil" seperti pegawai VOC lainnya.
Di Batavia pada tahun 1753 gaji mereka berkisar antara f.7 - f.10 (tujuh sampai dengan sepuluh gulden), suatu jumlah yang jauh di bawah rekan-rekannya dari Eropa yang menerima antara f.15 - f.24.
NU yang dulu disingkat NO, sebuah organisasi yang berjuang dalam mewujudkan Departemen Agama sebelum akhirnya berubah jadi Kemenag. Sekarang, Bagaimana perbandingannya guru Diknas dan guru Kemenag, apakah, masih ada diskriminasi, seperti zaman VOC, dari segi kesra?
3. Guru dan Prinsip Pendidikan dalam Pemerintahan Hindia Belanda
Pada akhir abad ke-18 menjelang abad ke-19 perusahaan VOC mengalami kemunduran sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagai lembaga yang mengatur pemerintahan dan masyarakat di daerah Hindia Belanda. Pemerintahan diserahkan kepada pemerintah Nederland yang untuk selanjutnya akan mengatur masyarakat dan pemerintah di daerah-daerah jajahannya
Bersamaan dengan penyerahan tersebut sejak abad ke-18 terdapat pandangan dengan pola pemikiran baru dari orang-orang Eropa yang dikenal dengan istilah Aufklarungnya itu, sehingga mempengaruhi langkah-langkah dan kebijaksanaan pada umumnya, dan khususnya mengenai daerah-daerah jajahannya.
Di samping itu di lndonesia sendiri banyak pandangan dan pemikiran mengenai bidang pendidikan dan pengajaran, sehingga pemerintah Hindia Belanda mulai melangkah untuk menangani bidang ini. Meskipun lamban perhatian sudah mulai tampak dengan berpedoman pada prinsip tertentu.
Prinsip pendidikan yang diselenggarakan oleh Hindia Belanda adalah:
a. Merubah sikap VOC dalam hal agama
Pemerintah berusaha untuk tidak memihak salah satu Agama tertentu.
b. Pendidikan secara total untuk kepentingan kolonial.
Tidak diusahakan untuk dapat hidup secara selaras dengan lingkungan tetapi lebih ditekankan agar supaya anak didik di kemudian hari dapat mencari penghidupan atau pekerjaan demi kepentingan kolonial.
c. Sistem perbedaan lapisan sosial
Sistem persekolahan disusun menurut adanya perbedaan lapisan sosial yang ada dalam masyarakat lndonesia, khususnya yang ada di pulau Jawa.
d. Pendidikan jadi alat kepentingan politik dan ekonomi
Pada umumnya pendidikan diukur dan diarahkan untuk membentuk suatu golongan Elite Social agar dapat dipakai sebagai alat bagi kepentingan atau keperluan supremasi politik dan Ekonomi Belanda di lndonesia.
4. Faktanya pendidikan itu terbatas hanya untuk bangsawan
Pendidikan itu mula-mula hanya untuk anak-anak pemimpin puncak dan tokoh-tokoh terkemuka saja yang diperkenankan mengikuti pelajaran pada sekolah-sekolah dengan orientasi dan pengetahuan Barat.
Kenyataan (fakta) ini didasarkan kepada cara bagaimana orang Belanda memerintah lndonesia, karena orang-orang Belanda memerintah daerah jajahannya melalui penguasaan tidak langsung, tepatnya melalui kaum bangsawan Bumiputra.
Pemberian prioritas kepada anak-anak bangsawan, maka diharapkan agar tetap ada "Status Quo" antara rakyat jelata dengan aristokrasi, sedangkan golongan elite inilah yang dipersiapkan untuk terus memerintah bagi kepentingan Belanda.
B. Sistem Pendidikan Pribumi yang Beragama lslam
Bagi pribumi yang beragama lslam, pendidikan dimana-mana terdapat sekolah-sekolah Agama yang di samping mengajarkan pelajaran Agama juga memberikan ilmu-ilmu umum.
Menurut H.Asmat pemilik masjid Al-Hidayah: Tidak ada kiai seperti Guru Yahya, beliau itu bukan hanya sekedar guru lisani, tapi juga amali. Sistem pendidikan yang dibuka oleh Guru Yahya bin H.Muslim adalah sistem pendidikan di langgar tempat beliau istiqomah dalam beribadah dan mengajar Agama.
Guru Yahya bin H.Muslim ini seorang Amil, ia mendidik masyarakat diawali di sebuah langgar di pekarangan rumahnya sendiri, letaknya sekarang di utara Terminal Kampung Rambutan.
Kemudian, dari langgar agar istiqomah ibadahnya, maka pada waktunya sekarang atas nama wakaf H.M.Harun bin KH.Yahya ini, langgarnya, sekarang sudah berubah jadi masjid lstiqomah.
Masih di tanah milik sang guru itu, khusus untuk pendidikan agama pada waktunya dilanjut oleh sang Amil, KH.M.Dahlan, maka pada waktunya pula timbullah kemudian sebuah nama Madarasah Raudhatul lkhsan yang sekarang sejak 1991 sudah beralih nama jadi MI Ats-Tsaqofah Al-lslamiyah Ceger, Kec.Cipayung Jakarta Timur.
Pelajaran Agama di sebuah langgar yang digeluti oleh Guru Yahya bin H.Muslim ini bersifat elementer, dimulai dengan mempelajari abjad dalam bahasa Arab, atau kadang langsung mengikuti guru dengan menirukan apa yang telah dibacakan dari kitab Al-Qur'an.
Hubungan antara murid dan guru pada umumnya berlangsung terus, walaupun murid sudah mengikuti acara "tematan", bahkan ada yang sudah meneruskan pendidikan pada lembaga yang lebih tinggi pun.
Guru Yahya bin H.Muslim ini, tidak dapat gaji dari Pemerintah Hindia Belanda, para murid pun tidak dipungut bayaran, hanya menimba air, ngarit, cari kayu bakar, gali rebung bambu, mengangon sapi, menyancang kambing, dan lain-lain.
Budaya sang Guru Yahya ini, setelah tamatnya santri belajar Al-Qur'an, maka diadakan upacara "tematan", upacaranya berjajar dua, tiga atau empat baris. Santri yang dapat giliran acara "tematan" ini, berada di paling depan bersama sang guru, dari rumah sang guru atau langgar, mengular, jalan menuju rumah sang murid yang ditemati, sambil lagukan shalawat marhaban diiringi kelompok rebana, ketimpring atau hadrah, seperti marhabanan pengantin Betawi yang disebut "Sike".
Selain Guru Yahya, ada banyak para kiai yang dikenal sebagai "Guru" pada awal namanya itu, seperti: Guru Madjid, Guru Mansyur, Guru Mughni, Guru Makmun, bahkan termasuk Guru Noer Alie Bekasi yang sekarang sudah jadi pahlawan Nasional. Setelah pergi haji barulah mereka disebut kiai haji, seperti KH.Hasyim Asy'ari dan untuk persatuan Guru, mereka berasas pada Q.S, (3:105) sbb:
ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلغوا من بعد ما جاءهم البينات
Mafhumnya: "Bersatulah kalian para guru, setelah jelas adanya diskriminasi dari para penjajah".
C. Gerakan Persatuan Guru Bumiputra
1. Pendidikan Masih Terdapat Pembatasan
Pembatasan dalam hal pendidikan bagi Bumiputra masih dirasakan sampai tahun 1912.
Contohnya ialah bahwa dalam salah satu kelas MOSVIA (Sekolah Pangreh Praja) yang terdiri dari empat puluh orang murid , seluruhnya adalah anak-anak kaum aristokrat, walaupun Bumiputra.
2. Gerakan menerobos batas pendidikan Hindia Belanda
Golongan non feodal menyadari bahwa hanya dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh status sosial yang baik dan memperbaiki kehidupan.
Oleh karena itu masih pada tahun 1912, mereka berusaha keras untuk mendirikan sekolah-sekolah swasta yang berorientasi Barat dengan mencoba menerobos pembatasan-pembatasan yang diadakan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Gerakan Persatuan Guru Bumiputra ini dikenal dengan Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Dua puluh tahun berikutnya PGHB ini, tepatnya, pada tahun 1932, kira-kira empat tahun usai sumpah pemuda PGHB dirubah nama, menjadi Persatuan Guru lndonesia (PGI).
Zaman Jepang semua organisasi dilarang, maka pada tahun-tahun berikutnya, tepatnya, setelah merdeka pada 24-25 November 1945 diadakan kongres guru lndonesia di Surakarta dan tgl 25 November, menjadi hari lahir PGRl.
Keputusan Presiden
Tentang Hari Lahir Guru Nasional, maka Pemerintah Rl dengan keputusan Presiden nomor 78 tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRl 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Kepres tentang hari guru nasional itu juga dimantapkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
3. PHBN PGRI dan Tiga Tujuan Utamanya
Madrasah seluruh lndonesia, khususnya MAN 15 Jakarta yang ada di bawah naungan Kemenag 24-25 November (Rapat Dinas) dan 27 November 2017 melaksanakan: Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) PGRI. Drs.Pursidi Kepala MAN 15 Jakarta sebagai pembina upacara dan Drs.Nur Ali, M.Si sebagai qari' tilawatil-qur'annya.
Tiga tujuan utama PGRI adalah sbb:
a. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik lndonesia.
b. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
c. Membela hak nasib buruh umumnya, dan guru pada khususnya.
Sumber:
1. Departemen P dan K, Pendidikan di lndonesia dari jaman ke jaman, Balai Pustaka, Jakarta, 1986.
2. dll.
----------------------------
Penulis:
Rois Syuriyah NWC NU Cipayung, Jakarta Timur.
KOMENTAR