Doc. PPdaruluchwah RamahNUsantara, Jakarta, - KH Said Aqil Siroj menandaskan bahwa para pendiri NU telah mengajarkan makna penting ...
Doc. PPdaruluchwah |
RamahNUsantara,
Jakarta, - KH Said Aqil Siroj menandaskan bahwa para pendiri NU telah mengajarkan
makna penting kebersamaan dalam hidup. Ahlul jama'ah adalah umat Islam yang
mengedepankan kebersamaan atau kejamaahan. Kebersamaan baik dalam soal
kesejahteraan ekonomi, kebersamaan sosial dan kebersamaan dalam seluruh aspek
kehidupan.
Ahlul jamaah itu selama ini sudah
dilakukan di NU,” katanya. “Pintar bersama-sama, tidak menganggap diri paling
pintar, saleh bersama-sama tidak menganggap diri paling saleh. Sehat bersama,
sejahtera bersama,” lanjutnya.
Di era
globalisasi dan teknologi informasi ini, tantangan NU akan semakin berat,
sehingga NU diharapkan bisa menjunjung tinggi pemahaman aswaja yang memiliki
karakteristik tawassuth (moderat), tasammuh (toleran), dan tawazzun (seimbang).
Madrasah Kader
Nahdlatul Ulama angkatan ke-37 yang dilaksanakan PBNU dengan peserta kader PCNU
Kota Jakarta Timur, salah satu pemateri Dr. H. Endin AJ. Soefihara, MMA.
Menyampaikan 3 tanggungjawab ke-NUan (1) Mas’uliyyah diniyyah Islamiyyah, (2)
Himayatul Ummah, (3) Mas’uliyyah Wathaniyyah. Bermakna: tanggungjawab
keIslaman, perlindungan terhadap umat, tanggungjawab kebangsaan. Tanggungjawab
tersebut harus dimiliki setiap kader NU dalam bersikap dan beramal.
Kegiatan MKNU
angkatan ke-37 yang dilaksanakan di Wisma DPR RI Kopo Bogor berlangsung sejak
20-22 April 2018, diharapkan mampu menghasilkan kader yang selaras dengan
pemahaman Aswaja an-Nahdliyah, efektifitas organisasi, dan penguatan kapasitas
sumberdaya pengurus, sehingga setiap program kerja yang disusun disetiap
kepengurusan NU dapat berjalan dan sesuai harapan dan tujuan, ujar Drs. KH. Sultonul Huda, M.Si. ketua MKNU
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Senada yang
disampaikan oleh Rais 'Aam KH. Ma’ruf Amin di tempat yang berbeda di waktu
silam, beliau menyampaikan fikrah NU membentuk pola berfikir dan bersikap tidak
terlalu tekstual, juga tidak terlalu liberal (menjadi moderat), karena
menurutnya cara pandang terlalu tekstual menganggap tidak ada perubahan dalam
sejarah kehidupan adalah keliru. Sebaliknya orang liberal menganggap semua
berubah sehingga terkesan menggampangkan agama, dan ini pun sangat keliru. NU
meyakini ada yang tsabitat (tetap), ada juga yang mutaghayyirat (berubah).
Jadi di
manapun kaum Nahdliyyin selalu tidak bisa dilepas dari nilai-nilai kebangsaan
karena cintanya kepada tanah air sedemikian besar. Kecintaan terhadap bangsa
tersebut juga harus senantiasa dijaga karena di era globalisasi dan teknologi
ini, berbagai macam informasi bisa tersebar dengan cepat. Jika kondisi ini
tidak disikapi secara arif, maka bisa menggerus kemajemukan bangsa. Maka, di
sini urgensi dan relevansi eksistensi NU tetap diharapkan mampu berada di
tengah-tengah kita dan menerapkan nilai-nilai yang selama ini dipertahankan.
Resume:
suyudlukman
KOMENTAR