Foto: RamahNUsantara RamahNUsantara, Jakarta - Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah, mendatangkan kegembiraan dan berkah di kalangan...
Foto: RamahNUsantara |
RamahNUsantara, Jakarta - Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah, mendatangkan kegembiraan dan berkah di kalangan warga setempat dan para sahabat yang telah datang terlebih dahulu di sana.
Melihat raut wajah Rasulullah, segenap penduduk Madinah menyimpulkan bahwa Muhammad SAW adalah sosok yang jujur, dapat dipercaya, dan tak pernah berdusta.
Semua penduduk yatsrib keluar dari rumahnya ingin melihat dan menyambut insan yang mulia, memberikan apa yang mereka punya demi suatu tujuan ukhrowi yakni keridhoan sang nabi.
Di tengah-tengah sambutan meriah tersebut, Rasulullah SAW untuk pertama kali di Madinah, mengeluarkan sebuah kalimat yang sangat bersejarah dan sarat pesan luhur.
Kalimat perdana tersebut, sebagaimana dinukilkan Abu Hilal al-‘Askary dalam kitabnya yang berjudul al-Awail dengan riwayat dari Abdullah bin Salam adalah sebagai berikut:
فقد روى الترمذي (2485) وصححه ، وابن ماجة (1334) - واللفظ له - ، وأحمد (23784) عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ رضي الله عنه قَالَ : لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْه
ِ ( أي : ذهبوا مسرعين إليه ) ، وَقِيلَ : قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ : ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ )
“Wahai segenap manusia, tebarkanlah ucapan salam, berbagilah makanan,dan lakukanlah shalat malam saat orang tertidur pulas, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.”
Tidak hanya menekankan pesan pentingnya integrasi sosial yang terkandung dalam kalimat tersebut, Rasulullah juga menerima hadiah sebagai penyambung silaturahim dari warga setempat.
Semua warga menawarkan rumahnya untuk disinggahi dan dijadikan tempat tinggal, namun nabi berkata bijak dengan memasrahkan kepada unta yang beliau bawa saat itu yang akhirnya unta tersebut berhenti di rumah Abu Ayyub Al-Anshori.
Hadiah pertama yang diterima Rasul di Madinah antara lain adalah satu keranjang yang berisi roti, minyak samin, dan susu yang dihadiahkan oleh Zaid bin Tsabit.
Sa’ad bin ‘Ubadah juga memberikan hadiah kepada Rasulullah berupa satu keranjang iga dan lemak. Sementara Farwah bin Amar al-Khazami menghadiahkan penutup kepala, keledai, dan tempat senjata yang berbalut emas kepada sang Nabi.
Hadiah-hadiah itu tidak dijadikan Rasul untuk memperkaya diri,namun justru dibagi-bagikan kembali ke istri-istri beliau dan sejumlah sahabat yang memerlukannya.
Ada yang menarik dari berbagai macam hadiah yang diberikan sahabat nabi, seorang ibunda yang sholihah datang tergopoh-gopoh kehadapan insan yang mulia dengan membawa harta yang paling berharga yang dimilikinya yaitu anaknya yang sholih.
Dialah ummu sulaim beserta anaknya yang masih kecil Anas bin Malik, dengan mengucapkan kata-kata yang santun :
يا رسول الله هذا أنس خويدمك
"Wahai Rasulullah ini anakku anas pembantu kecilmu".
Kata yang santun ini keluar disaat beliau merasa hanya anaknya lah harta yang paling berharga saat itu. Memakai shighot isim tashghir ( bentuk kata benda yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang kecil) karena merasa khawatir nabi tidak menerima anaknya sebagai pembantu perjuangan sang rasul yang dicinta.
Sedikit saya jelaskan tentang isim tashgir, disitu ummu sulaim memakai isim tashghir Karena asli ٌخُوَيدِم adalah خادِم yang artinya pembantu dirubah menjadi khuwaidim untuk merendahkan diri di hadapan nabi yang mulia, dan menampakkan bahwa apa yang diberikan oleh beliau adalah perkara yang sedikit jika dibandingkan perjuangan nabi yang sangat besar untuk umatnya.
Namun, tekad sudah bulat untuk memasrahkan anaknya yang dibanggakan agar menjadi bagian sejarah kehidupan nabi. Ternyata nabi menerima dengan senang hati pemberian ibunda sholihah tersebut tanpa merasa keberatan.
Begitulah indahnya akhlak sang nabi, suasana pun menjadi tentram dengan keberadaan beliau di kota itu, nama yastrib (penyakit) berubah menjadi madinah almunawwaroh (kota yang disinari).
Sekelumit kisah di atas menggambarkan kepada kita betapa bahagia nya mereka menyambut kedatangan nabi yang mereka tunggu-tunggu sejak lama.
Letih beliau pun menjadi hilang saat melihat sambutan yang luar biasa dari umatnya dengan berbagai sambutan dan hadiah yang mereka berikan.
Kita saat inipun harus memikirkan apa yang sudah
Kita berikan untuk nabi kita sebagai bentuk kegembiraan menjadi umatnya.
Apakah kita orang yang pernah bergembira dengan kabar kelahiran nabi?
Apakah kita orang yang pernah memberikan amal kita sebagai hadiah kepada beliau?
Apakah kita umat yang membanggakan nabi dan mendapatkan ridhonya? Tanyalah pada diri kita masing-masing.
Di awal bulan muharram kisah tentang hijrahnya nabi sangat relevan kita jadikan pelajaran untuk memperbaiki diri ke taraf yang lebih baik dari tahun kemarin.
Hendaknya ada suatu amalan khusus yang kalian persembahkan kepada nabi Muhammad sebagai hadiah karena banyak nya jasa beliau kepada kita umatnya.
Penulis:
Hasan Muntahal A'la
Hasan Muntahal A'la
Wakil Ketua LTN PCNU Jakarta Timur
KOMENTAR