Foto: Anas/ RamahNUsantara (22/9/17) RamahNUsantara, Magelang - Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah KH. Ubaidillah Shodaqoh menjadi salah sa...
Foto: Anas/ RamahNUsantara (22/9/17) |
Beliau menyampaikan materi tentang aswaja. Di hadapan para peserta, Kiai Ubaidillah menekankan pentingnya berpegang teguh kepada akidah ahlus sunnah wal jama’ah ditengah gempuran pemahaman dari kelompok lain.
“Akidah aswaja itu dirumuskan oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi berdasarkan kajian terhadap Al-Qur’an dan Hadis. Mereka adalah para ulama yang dalam ilmunya sehingga bisa diikuti,” tutur Kiai Ubaidillah.
Beliau melanjutkan, bahwa akidah aswaja dirumuskan oleh para ulama yang paham akan bahasa Arab, paham akan Al-Qur’an dan Hadis, juga ilmu-ilmu lainnya sehingga rumusannya matang. Ciri khas akidah aswaja adalah ‘aqoid lima puluh, yakni sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah yang berjumlah empat puluh satu; serta sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi para Nabi yang berjumlah sembilan.
“Awas, hari ini banyak aliran yang mengatasnamakan aswaja, tetapi mereka bukan aswaja, bukan NU. Seperti paham tentang pembagian tauhid menjadi tiga, yakni tauhid uluhiyah, rububiyah, dan asma’ wa sifat. Pembagian ini bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis, karenanya bukan aswaja,” lanjut Kiai Ubaidillah.
Kiai Ubaidillah betul-betul menghimbau kepada generasi muda agar dalam belajar agama tidak hanya mengandalkan terjemahan saja. Akan tetapi, belajar langsung kepada para ulama yang ahli.
Apalagi posisi Indonesia yang bukan bangsa arab dan tidak berbahasa arab, maka diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari generasi muda untuk mendalami agama dari para ulama aswaja yang ahli dalam bidangnya masing-masing. (Anas)
KOMENTAR