Foto: Santriwati Ponpes Assholihat Magelang (22/10/17) RamahNUsantara, Jakarta - Hari Santri Nasional (HSN) Harus dijadikan Pemantik ...
Foto: Santriwati Ponpes Assholihat Magelang (22/10/17) |
RamahNUsantara, Jakarta - Hari Santri Nasional (HSN) Harus dijadikan Pemantik Perjuangan di Kalangan Santri atau Peserta Didik
Oleh:
Drs.Nur Ali Al-Fatawiy
A. Sejarah Perjuangan Santri
Berbicara masalah santri yang note bene sebagai para pemuda ini tidak terlepas kepada orang yang lebih tua darinya sebagai guru dari santri-santri itu sendiri, yakni sang orang tua kedua istilahnya atau istilah lainnya disebut pula guru yang ilmunya bisa dikatakan sudah tua menjadi aki-aki yang tetap mengajarkan kitab-kitab dan ilmu agama di tampat para santri atau peserta didik itu belajar.
Sang guru atau sang mu'alim, sebagai guru yang mengajar para santri itu otomatis adalah orang yang bisa dikatakan sudah aki-aki ilmunya atau istilah Al-Qur'annya adalah (والراسخون فى العلم), yakni: mendalam ilmunya.
Kemudian lama kelamaan setelah pergi haji sang Aki-Aki itu diberi gelar Kiai Haji. Berasal dari kata apakah kata KIAI ini sebenarnya? Kata tersebut berasal dari kata (A-K-l-A-k-l), huruf ( A yang pertama) dan ( K yang kedua )-nya secara alami terbuang begitu saja, yakni: kata AKIAKI berubah jadi nama gelaran orang yang ilmunya sudah aki-aki, yakni: KIAI.
Para Guru, sesuai menurut santri-santrinya menganggap sebagai guru yang sudah aki-aki ilmunya itu di antaranya adalah KH.Hasyim Asy'ari, Guru Majid, Guru Yahya, Guru Mughni, KH.Abdullah Syafi'i, KH.Nur Ali Bekasi, dan lain-lain.
KH.Hasyim Asy'ari ini adalah pemimpin utama dari Masyumi sebelum jadi partai bahkan awal-awal jadi partai pun KH.Hasyim Asy'ari ini ditulis dan berkedudukan sebagai Roisnya.
Adapun Organisasi Masyumi bawahan KH.asyim Asy'ari yang setingkat kecamatan sekarang, khususnya di kecamatan Kramatjati Jakarta, yang saat itu disebut Distrik Kramatjati, menurut KH.M.Dahlan adalah dipimpin oleh Guru Yahya alias KH.Yahya bin H.Muslim dan H.M. Dahlannya bersama H.M.Harun sebagai ketua dan bawahannya dari organisasi bawahan Masyumi itu.
KH.Yahya bin H.Muslim ini murid dari Guru Majid. Nah, dari Guru Majid inilah juga KH.Yahya mengenal Nahdlatul Oelama (NO), yang di zaman Drs.Nur Ali Al-Fatawiy, cucunya KH.Yahya ini, maka singkatan NO sudah berubah jadi NU.
Saat dikumandangkannya resolusi jihad oleh KH.Hasyim Asy'ari baik dari NU maupun Masyumi, maka Jakarta termasuk Kramatjati jika dihubungkan dengan perang di Surabaya, maka tidak terkena batas yang wajib untuk berperang, karena terlalu amat jauhnya Surabaya kecuali yang diundang seperti salah satu Kiai asal Cirebon. KH.Yahya yang tidak diundang, cukup hanya berdoa dan sholat hajat agar kemerdekaan lndonesia ini berjalan dengan lancar.
Adanya resolusi jihad dari KH.Hasyim Asy'ari 22 Oktober 1945, maka kalangan santri saat itu semakin berani berjuang melawan penjajah. Atas perjuangan santri yang dipantik oleh Resolusi jihadnya Sang Kiai itu, maka kemenangannya dalam berperang melawan penjajah yang terjadi dua minggu lebih beberapa hari kemudian setelah resolusi jihad itu du Surabaya, maka oleh Presiden Joko Widodo tanggal 22 Oktobernya dijadikan sebagai Hari Santri Nasional.
B. Peringatan Hari Santri Nasional
Peringatan hari santri Nasional di antaranya diperingati dengan membaca shalawat kamilah sebanyak 4444 X.
Peringatan HSN yang diperingatinya dengan cara membaca shalawat kamilah ini pada tahun 2017 oleh MWC NU Cipayung diadakan di Masjid Al-lstiqomah Ceger yang dipimpin oleh Rois Syuriyahnya, dan oleh PC NU Jakarta Timur diadakan di PPNI Lubang Buaya dengan Roisnya KH.Ibnu Mulkan.
Peringatan hari santri nasional yang tingkatan Nasional diadakan di halaman monas dan yang kelompok pasukan bendera merah putihnya saat itu, di antaranya adalah peserta didikku dari MAN 15 Jakarta, bahkan Drs.Pursidi, selaku kepala sekolahnya pun hadir di halaman monas itu.
Sebelum detik-detik pengibaran bendera, Aku bersama Drs.Yaidin mendekati pasukan bendera, memberikan pengarahan ringan kepada pasukan pengibar bendera merah putih dan Aku cukup mengawasinya. Lalu menjelang detik-detik pengibaran bendera merah putih, Aku lihat Bapak Saifullah, M.Pd, Ketua Tanfidz PW NU DKI Jakarta melatih para pelati penaikan bendera merah putih.
Peringatan hari santri Nasional pada waktu itu di antaranya KH.Said Agil Siradj mendapatkan penghargaan Rekor Muri program pembacaan shalawat kamilah, karena pembacaan shalawat kamilah tersebut dilakukan di seluruh penjuru NKRI.
C. Hari Santri Nasional Harus Dijadikan Pemantik Perjuangan bagi Santri atau Peserta Didik
Hari Santri Nasional Ini harus mencerminkan perjuangan santri atau peserta didik di masa sekarang dan masa yang akan datang untuk selalu berusaha menciptakan kesatuan dan persatuan sesuai dengan sumpah pemuda yang diperjuangkan sebelumnya, yakni perjuangan demi: 1) Bertanah air yang satu tanah air lndonesia, 2) Berbangsa yang satu bangsa lndonesia dan 3) Berbahasa yang satu bahasa lndonesia.
Selain itu santri atau peserta didik pun, setelah dewasa harus siap dan selalu berusaha menjadi kader guru, demi mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang telah dilakukan pula oleh para guru baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Salah satu kegiatan yang bersifat perjuangan adalah melakukan Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah (LDKS).
Pelajaran yang Bisa diambil oleh Peserta Didik dari Kegiatan LDKS di Jambore atau lainnya baik yang dilakukan peserta didik tingkat MI/SD, MTs/SMP maupun MA/SMA.
Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa yang disingkat LDKS yang dilaksanakan oleh salah satu MA, yakni MAN 15 Jakarta adalah meliputi sbb:
1) Realisasi Hijrah
Peserta didik yang biasanya hidup, hanya di rumah ke sekolah pulang pergi setiap hari, maka dengan mengikuti kegiatan LDKS yang dilaksanakan oleh sekolah di Jambore, ini sebagai bukti bahwa peserta didik telah melaksanakankan perpindahan tempat tinggal sebagai realisasi hijrah fisik, seperti yang telah dikerjakan oleh Rosulullah saat hijrah dari Mekah ke Madinah yang kemudian setiap datang tahun baru hijriyah direalisasikan oleh masyarakat dengan pawai obor.
Saat Aku menuju Jambore dua kali, salah satunya bersama anakku Sarah Muda'im dan Yahya Muda MSN dari rumah hujan rintik-rintik, dengan doa sambil nyetir motor, al-hamdulillah sampai juga Aku di Jambore terus berjalan tanpa kehujanan pada hal Aku lihat jambore dan luarJambore, tanah dan rerumputannya sudah pada basah dan becek.
2) Berkemah
Peserta didik di Jambore diasosiasikan sebagai orang yang melaksanakan pendidikan wukuf di Arafah, karena wukuf di Arafah itu sendiri sejak zaman Rosulullah menjadi sebuah syari'at haji, sehingga ketika peserta didik tinggal dalam kemah sudah terbiasa saat melaksanakan wukuf di Arafah nanti.
Para pramuka zaman sekarang bahkan pembinanya pun sepertinya mengidolakan Boden Powel orang Kristen lnggris dianggap sebagai bapak moyangnya pramuka, mereka tidak tahu bahwa Boden Powel itu sendiri nyontek kepada khaimahnya Rosulullah SAW yang sudah ratusan abad melaksanakan khaimah (خيمة) bahasa Arab yang kemudian bahasa tersebut diserap ke dalam bahasa lndonesia, yakni: kemah.
3) Latgab
Peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu ekstrakurikuler yang diikuti di sekolah, sehingga ilmu yang didapat dari ekstrakurikuler bisa berkembang dalam pelatihan gabungan yang diakronim menjadi latgab ini, baik pelatihan baris berbaris (PBB), Senam, hadrah, dan lain sebagainya.
Saat Aku menberikan materi kepada satu kelompok latgab hadhrah, ternyata di atasku ada sarang tawon dengan tawon-tawon yang berseliweran sana-sini, namun al-hamdulillah tawon pun tidak berani mengantup Aku walau terus-terusan Aku berdiri di kelilingi oleh peserta didik itu.
4) Lomba
Peserta didik sebagai perwakilan dari kelasnya masing-masing, maka mau tidak mau, walaupun terpaksa, mereka harus bisa mengikuti lomba, baik lomaba MTQ, Tahfidz, Shalawatan, Pidato, maupun Puisi, dan lain-lain, yang berakibat nantinya bisa diketemukan kualitas potensi peserta didik yang dimiliki masing-masing, dengan melihat hasilnya, mana juara 1, 2, dan mana juara 3, dan seterusnya.
Pada suatu saat Aku pun sering jadi juri MTQ, baik yang dilakukan tingkat nasiona Kementerian Agama maupun tingkat satker MAN 15 Jakarta.
5) Motivasi & Renungan Malam
Peserta didik yang mengikuti renungan malam yang dipandu oleh ahlinya, sehingga para peserta didik bisa meresap rasa cintanya (mahabbahnya) kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, cinta kepada orang tua, guru, dan lingkungannya, sekaligus termotivasi untuk menjadi leader atas dasar mahabbah itu. Aku yang biasanya tidak mau menangis tapi saat itu hindung dan matakuku pun sampai meneteskan air mata dan tanpa sengaja air itu jatuh di baju anakku, Yahya Muda MSN yang sedang tidur di pangkuanku.
6) Makan, Tidur dan Outbond
Peserta didik yang melakukan makan, Tidur dan outbond ini, ada hikmah yang bisa dipetik, di antaranya nilai kebersamaan, persaudaraan, nilai kesederhanaan, nilai kepahlawanan yang distilahkan di antaranya, dengan jurit malam, sebagai singkatan dari kata prajurit malam, dan nilai positif lainnya.
7) Shalat Fardhu dan Tahajjud
Peserta didik yang mengikuti kegiatan LDKS ini, walaupun di rumahnya biasa sholatnya sendirian, maka dengan mengikuti kegiatan ini bisa melaksanakan sholat fardhu berjamaah bahkan sholat tahajjud pun berjamaah, seperti yang Aku lakukan imam berjamah di Jambore bersama peserta didik sebagai mana yang pernah Aku ikuti pula shalat tahajud berjamaah di Masjid lstiqlal Jakarta di zaman Drs.H.A.Saifullah jadi kepala MAN 15 Jakarta.
8) Api Unggun
Walaupun sebagian orang ada yang beranggapan bahwa upacara api unggun itu adalah realisasi sebagai menyembah api, namun kenyataannya Aku dan mereka mengadakan upacara api unggun ini bukan sebagai alat sesembahan, tapi sebagai alat budaya pramuka yang mengandung manfaat di antaranya sebagai berikut.
Manfaat diadakannya upacara Api Unggun adalah :
1) Menciptakan tarap ekonomi bagi si penjual kayu bakar, korek api, lilin, bensin, minyak tanah, dll.
2) Menghilangkan suasana gelap menjadi terang karena ada api yang bisa meneranginya.
3) Menghilangkan rasa dinginnya badan menjadi hangat karena sifat api yang panas. Itulah yang Aku aplikasikan terhadap anakku Yahya Muda MSN yang kebetulan saat itu sedang menggigil kedinginan.
4) Hasil pembakarannya yang hancur lebur itu bisa digunakan untuk pupuk, jika ada yang mau menjadikannya sebagai pupuk organik.
5) Melancarkan darah di badan, sekaligus mencegah darah beku di badan karena badan menjadi hangat. Itulah manfaat kesehatan bagi yang melaksanakan api unggun.
6) Membuang atau menghilangkan sampah kayu yang tak berguna. Ada kayu yang terbuang-buang berserakan tidak bermanfaat, maka dengan api unggun jadi bermanfaat.
7) Memanfaatkan api yang positif, yang berguna bagi lingkungan alam dan manusia, sekaligus tidak menganggap bahwa api itu selalu negatif, selalu merugikan manusia. Pada hal sebetulnya tidak seperti itu.
8) Api yang dinyalakan itu tidak berarti bahwa api itu sebagai tuhan, ia hanya hasil budaya manusia yang dijadikan sebagai asas manfaat saat malam hari
.
9) Memanfaatkan alam berupa pohon yang tidak menghasilkan kecuali untuk berkegunaan kayu bakar. Walaupun ada sebagian orang menganggap bahwa pohon yang tak berbuah itu tidak ada manfaatnya.
10) Menciptakan indahnya kembang api unggun yang sedang terbang bergerak dari dasar api menjulang ke udara, sehingga tampak keindahan api itu sendiri di saat-saat dingin dan gelapnya malam.
--------------------------------
Penulis:
Rois Syuriyah MWC NU Cipayung Jakarta Timur.
KOMENTAR