Foto: Siswa MAN 15 Jakarta RamahNUsantara, Jakarta - Hari Santri Nasional Mengemuka dari Perjuangan Kiai dan Santri Setelah Kemerdeka...
Foto: Siswa MAN 15 Jakarta |
Oleh:
Drs.Nur Ali Al-Fatawiy
I. Muqadimah
Muqadimah ini yang
digarisbawahi di antaranya adalah nanti di bagian ll. HSN. Akan ada
ralat tulisan Saya tentang HSN jadikan spirit perjuangan santri dan peserta
didik. Bagian lll. Jumat itu hari saat dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan
lndonesia.
Ini dikemukakan karena ada Sindiran dari Allah SWT bahwa
nikmat Allah itu itu harus diceritakan
وأما بنعمة ربك فحدث
Artinya: Nikmat Tuhanmu itu ceritakanlah.
Il. Hari Santri Nasional (HSN)
Telah dimuat dimedia www.ramahnusantara.com dengan judul:
HSN Jadikan Spirit Perjuangan Santri dan Peserta Didik, ini linknya: http://www.ramahnusantara.com/2017/10/hsn-jadikan-spirit-perjuangan-santri.html
Berdasarkan itu, jika dibuka, maka pada sub: B. Peringatan
Hari Santri Nasional di antaranya tertulis sbb:"... Peringatan HSN yang
diperingatinya dengan membaca shalawat pada tahun 2017 oleh MWC NU Cipayung
diadakan di Masjid Al-lstiqomah...".
Maaf, ralat: itu sebenarnya terjadi bukan di tahun 2017 tapi
terjadi pada tahun 2016. Adapun yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah
Upacara HSN di MAN 15 Jakarta, salah satu satker madrasah yang ada di bawah
Kementerian Agama.
Berawal permintaan Wakil Kepala MAN 15 Jakarta (Pak Suharno),
untuk menjadi pembina upacara. Maka saya sebagai kader NU, berpakaian ala
santri, adalah sebuah kebanggaan.
Upacara dilaksanakan dan diikuti peserta didik MAN 15
Jakarta, mulai pembawa acara, pembawa pancasila, komandan upacara, danton,
pembacaan ayat suci Al-Qur'an, UUD 1945, janji siswa, dirijen, lagu lndonesia
Raya, Mengheningkan cipta, dan Himne MAN 15,
bahkan petugas penaikan bendera, baik pembawa, pengibar maupun pengikat
benderanya, bahkan pembaca doa dan lain-lainnya, itu semua dilaksanakan oleh
para santri atau yang sekarang di MAN 15 Jakarta disebutnya peserta didik
selaku petugas HSN di hari Senin, 23 Oktober 2017.
Sebagai pembina upacara, kami sampaikan kepada peserta didik
untuk bercermin kepada santri yang dulu berani berjuang mengusir penjajah.
Mereka saat itu timbul keberaniaannya karena sebelumnya, ada resolusi jihad
yang dicetuskan oleh pahlawan kita KH.Hasyim Asy'ari,
Kalian sekarang sebagai peserta didik, yang diistilahkan
sebelumnya dengan sebutan "murid", yang di zaman wali songo
istilahnya adalah "santri". Walaupun istilahnya adalah Hari Santri
Nasional, maka kalian semua masuk pada istilah santri itu sendiri. Oleh karena
itu MAN 15 Jakarta harus bangga bisa memperingati HSN ini. Mari kita jadikan
HSN ini sebagai pemantik kita semua agar
selalu berjuang di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Kita selaku
peserta didik maupun pendidik, mari kita wujudkan sumpah pemuda:1) Bertanah air
yang satu tanah air lndonesis, 2) Berbangsa yang satu bangsa lndonesia, dan 3)
Berbahasa yang satu bahasa lndonesia.
Selain itu marilah kita di zaman kemerdekaan dimana
kemerdekaan itu adalah berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa agar siap
melaksanakan firman Allah QS, (51:56) sbb:
(وماخلقت الجن والانس
الا ليعبدون).
Artinya: "Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku".
Ill. Jumat itu Hari
Saat Dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan lndonesia.
Merdekanya lndonesia itu adalah bukan hadiah dari Jepang
tapi hadiah dari Allah SWT untuk bangsa lndonesia yang mayoritas kaum muslimin.
Kenapa? karena mereka telah ikhlas ikuti aturan Allah SWT berupa ikhtiar demi
kemerdekaan lndonesia itu, akibatnya tanggal, bulan, dan tahun proklamasi
kemerdekaannya pun menjadi bukti bahwa kemerdekaan lndonesia itu atas
perjuangan mayoriras kaum muslimin sebagai pelaksana syari'at ikhtiarinya demi
terlepasnya kita dari penjajahan.
Seluruh bangsa lndonesia yang diwakili oleh Soekarno-Hatta
ini sudah mengakui bahwa kemerdekaan itu adalah berkat rahmat Allah Tuhan Yang
Maha Kuasa, maka wajar jika tanggal, bulan, dan tahunnya pun membentuk lambang
salah satu cara ibadahnya kaum muslimin, yakni lambang orang yang sedang
melaksanakan dua shalat wajib yang masing-masing berjumlah dua rakaat di hari
Jumat.
Kenapa demikian? Karena waktu proklamasi kemerdekaan itu
acaranya, diawali dengan dua rakaat shalat shubuh dan diakhiri dengan
dua rakaat shalat Jumat.
Berdasarkan struktural organisasi Masyumi bahwa KH.Yahya bin
H.Muslim yang saat itu dikenal dengan sebutan Guru Yahya adalah termasuk orang
bawahan KH.Hasyim Asy'ari. Menurut Kitab Maulid Syarrafal Anam alladzii
yaqra'uhuu 'aadatan Al-Mu'allimul haj
Yahya ibnul haj Muslim Al-Fatawiy, MWC NU Cipayung, Jakarta Timur, (2013:5) dikatakan
sbb:"... Ust. Ibnu Hazen Sekretaris LTM PBNU berkata:...Guru Yahya jadi
pengurus Masyumi berhaluan NU sesuai amalan-amalannya ala Nahdlatul
Ulama".
Guru Yahya selaku NU Jama'ah dan KH.Hasyim Asy'ari selaku NU
Jam'iyah serta kaum muslimin lainnya pun di lndonesia, sebelum proklamasi dikumandangkan
oleh Soekarno, maka Guru Yahya pun saat itu, usai berwudhu di kobakan yang amat
jernih itu, lalu ia pun mengawali proklamasi itu dengan shalat shubuh dua
rakaat, di langgar yang menurut KH.lshak, langgar itu dinamainya lstiqomah. Pas
kira-kira jam 10-an siang, barulah dikumandangkan proklamasi oleh Soekarno dan
proklamasi tersebut akhirnya ditutup dengan shalat jumat dua rakaat.
Saat itu hari Jumat, para kiai shalat jumat di Masjidnya
masing, sedang Guru Yahya di kampungnya jadi khatib sekaligus jadi imam shalat
jumatnya, di Masjid Ar-Rahmah, di wilayah distrik atau kecamatan Kramatjati,
yang saat itu wilayahnya meliputi Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung dan lain-lain.
Sekarang Masjid tersebut tepatnya terletak di pertengahan sudut antara Jln. Penganten
Ali dan Jln. Tanah Merdeka, Ciracas,
Jakarta Timur.
Saat itu memang yang menjadi ketua pengurus Masjid Ar-Rahmah
atau yang disebut masjid tua tersebut adalah Guru Yahya bin H.Muslim itu.
Saat Guru Yahya bin H.Muslim ini melaksanakan dua shalat wajib,
yakni shubuh dan jumat, yang kedua-duanya sebanyak dua rakaat itu, maka
gerak-gerik rukun fi'linya membentuk angka: 17-08-1945.
Saat Guru Yahya berdiri takbiratul-ihram, maka tubuhnya
membentuk angka: (1). Ketika Guru Yahya rukuk, maka tubuhnya dilihat dari
samping kirinya, membentuk angka: (7). Ketika Guru Yahya i'tidal, maka
membentuk angka: (0) dan ketika sujud pun dilihat dari belakangnya, Guru Yahya
membentuk angka nol kecil. Ketika Guru Yahya duduk antara dua sujud, maka
kepala dan tubuhnya, dilihat dari arah mana pun membentuk angka: (8).
Tuntas melaksanakan satu rakaat shalat shubuh atau shalat
jumat tersebut, maka ketika Guru Yahya lanjut pada rakaat kedua, lalu berdiri
lagi dan tubuhnya membentuk angka: (1) lagi. Ketika Beliau rukuk dan i'tidal,
maka terutama saat rukuk, kepalanya
tidak tegak tapi kepala adanya di samping seperti angka sembilan Arab
dan ketika i'tidal, membentuk angka:(9), terus saja Guru Yahya ini melaksanakan
rukun fi'li lanjutan seperti biasa. Ketika Guru Yahya duduk terakhir, maka jika
dilihat dari belakang, sisi kirinya doyong ke kanan, sedangkan tumit telapak
kaki kanannya yang berdiri tampak paling atas itu seperti menyambung dengan
siku tangan kanannya, sehingga Guru Yahya ini ketika melaksanakan ini, persis
membentuk angka: (4). Ketika Guru Yahya melaksanakan rukun shalat yang
terakhir, sebagai penutup yakni salam pertama, maka gerakan kepalanya menoleh
ke kanan, mengisyaratkan angka: (5).
Jika angka-angka yang
ada dalam kurung di atas yang melambangkan shalatnya Guru Yahya itu jika mau
disusun, maka terwujudlah rukun-rukun fi'li bagi shalat yang dilakukannya itu
membentuk angka: ( 17 - 08 - 1945 ). Guru Yahya bin H.Muslim Al-Fatawiy ini
wafat di hari Selasa, 16 Rabiul Awwal bertepatan dengan 16 Agustus 1963. Beliau
dimakamkan di utara terminal Kampung Rambutan, wafatnya sedang sujud terakhir
shalat maghrib, menurut sang istri, Hj.Thi'ah Al-Muthi'ah.
Demikianlah saya sampaikan tentang Hari Santri Nasional Mengemuka
dari perjuangan kiai dan santri setelah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
lndonesia.
-----------------------------------
Penulis:
Rois Syuriyah MWC NU Cipayung Jakarta Timur.
KOMENTAR