Foto: newtekno RamahNUsantara, Jakarta - Kalau bertanya kepada generasi milenia jaman abg, jaman cabe cabean, mungkin sebagian dari ...
Foto: newtekno |
RamahNUsantara, Jakarta - Kalau bertanya kepada generasi milenia jaman abg, jaman cabe cabean, mungkin sebagian dari mereka tidak tahu tentang sosok PITUNG.
Sebagian dari mereka dan mungkin warga Betawi atau pengagum filmnya, terjebak dengan sejarah legendanya yang masyhur sebagai seorang perampok yang membagi bagikan hasil harta rampasannya untuk diberikan kepada rakyat miskin.
Cerita sejarah yang sangat menyesatkan. Pitung adalah singkatan dari “ Pituan Pitulung”, Tujuh Pendekar mereka adalah para Santri alumni pesantren H. Naipin, Kebon Pala, Tenabang (Tanah Abang), yang berjuang membela Rakyat Indonesia terhadap penjajahan kaum belanda ditanah betawi.
Ketujuh santri itu adalah Radin Muhammad Ali Nitikusuma dari kampong senayan. Radin Muhammad Roji’ih Nitikusuma/ Ji’ih, dari kampong Cengkareng, Ki Abdul Qodir dari Rawa Belong, Ki Saman dari Cileduk, Radin Rais Sonhaji Nitikusuma/ Ki Rais dari Tenabang, Ki Somad dari Kemanggisan dan Ki Dulo alias Jaebullah alias Jebul dari Keramat Togo.
Mereka adalah gerakan tujuh orang pemuda pesantren yang digembleng jasmani dan ruhiyahnya, diajarkan ilmu ilmu keislaman, kemudian mencetuskan perjuangan Jihad fi sabilillah melawan penjajah saat itu diwilayah Jayakarta/Jakarta.
Salah satu rujukan dari kisah Pituan Pitulung (PITUNG) ini adalah sebuah kitab Al-Fatawi yang dikarang oleh Datuk Meong Tuntu, yang kemudian pada tahun 1910 disalin kembali menggunakan bahasa Arab Melayu oleh KH. Ratu Bagus Ahmad Syar’I Mertakusuma, kitab ini menceritakan silsilah para pejuang Jayakarta termasuk didalamnya tentang gerakan Pituan Pitulung (PITUNG).
Sumber: "Buku Pitung (Pituan Pitulung) Iwan Mahmoed Al-Fatah"
#HariSantri 2017
Penulis:
Rohadias’adi
KOMENTAR