Foto: Dua jam sebelum wafat, Tersenyum bahagia RamahNUsantara, Samarinda --(4/4/2018) Namanya Muhammad Imron Rosyadi Bin Nastain ...
Foto: Dua jam sebelum wafat, Tersenyum bahagia |
RamahNUsantara, Samarinda --(4/4/2018) Namanya Muhammad Imron Rosyadi Bin Nastain Fuadi. Tumbuh besar sebagai kader NU, GP Ansor di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Saya mengenalnya saat ia menjadi peserta Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Samarinda. Saya memang teramat singkat mengetahuinya namun ia tergolong peserta aktif.
Mas Imron memang tampak bersemangat. Di sela sesi materi terkadang ia memimpin yel yel dan nyanyian "Ya Lal Wathan". Sesi demi sesi ia ikuti secara serius.
Memasuki puncak MKNU kira-kira pukul 01.00 WIB., Mas Imron minta beberapa peserta untuk membantunya memasuki area bai'at yang ada di lantai tiga. Terlebih dulu ia mengambil air wudhu.
Sesampai di lantai tiga Mas Imron berbaur dengan peserta lainnya. Duduk bersila khusyu' istighosah, tahlil, membaca Yasin, mengamini doa, lantas berdiri siap bai'at.
"Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah."
"Radhitu billahi Rabba wabil islami dina wabi Muhammadin Nabiyya wa Rasulah."
Janji tentang komitmen terhadap Islam Ahlussunnah wal jamaah; NKRI dan perjuangan NU.
Selesai proses bai'at, panitia membagikan Sertifikat MKNU yang ditandatangani Rois Aam PBNU KH Ma'ruf Amin dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Mas Imron menerimanya dengan tersenyum. Ia berfoto, lalu duduk dan berbaring. Beberapa teman menemaninya sambil sesekali memijit. Saya melihatnya dan membatin, "kayaknya kelelahan."
Saat saya berada di lantai satu bersiap akan kembali ke Bandara, saya bertemu dengan panitia lokal, Kiai Bukhori, yang memberitahu bahwa Mas Imron itu sebenarnya sedang sakit. Awalnya para sahabat sudah mengingatkannya agar tak usah mengikuti pengkaderan namun ia menolak. Di lokasi sempat pingsan namun masih saja ia acuhkan. Terakhir, saat mau proses bai'at ia ngotot minta ikut padahal teman-temannya sudah menasehati agar istirahat saja. Akhirnya beberapa teman dengan rasa sedih membopongnya ke lokasi bai'at.
Kiai Bukhori mengurusi kami untuk kembali dinihari itu juga ke Jakarta. Kiai Bukhori juga tampak sibuk telpon sana sini mengurusi Mas Imron untuk segera mendapat perawatan.
Kami pun menuju Bandara di Balikpapan. Di tengah perjalanan, Mas Saiful yang masih di lokasi MKNU berkirim kabar ke saya, "Mas, peserta yang tadi kurang enak badan pas pelantikan meninggal dunia di Rumah Sakit."
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Seketika mata saya berkaca-kaca. Saya ingat dawuh KH Hasyim Asyari"
"Siapa yang mengurus NU, saya anggap santriku, siapa yang menjadi santriku saya doakan khusnul khotimah beserta keluarganya."
Sungguh kenikmatan luar biasa yang diterima Mas Saiful yang di akhir hidupnya secara runtut ia isi dengan belajar, introspeksi, bertafakkur, berwudhu, berzikir, membaca syahadat, iqrar keislaman dan keindonesiaan lalu wafat. Alfatihah.
Sumber: (Kiai M. Sulton Fatoni)
KOMENTAR