Foto: laduni.id RamahNUsantara, Jakarta - Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Nahdlatul Ulama, KH. Arifin Junaidi menyesalkan a...
Foto: laduni.id |
RamahNUsantara, Jakarta - Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Nahdlatul Ulama, KH. Arifin Junaidi menyesalkan atas kejadian pemecatan guru SDIT Bekasi karena memilih pilihan yang berbeda dari arahannya pengurus sekolahnya dalam pilkada Jawa Barat, hal ini dinilai sebagai politisasi lembaga pendidikan yang harus dihindari para pengelola lembaga.
“Kami selaku pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU menyesalkan kejadian politisasi lembaga pendidikan yang sudah seharusnya dihindari. Kami pun selalu menjaga agar lebih dari 21.000 satuan penyelenggara pendidikan yang bernaung di bawah lembaga kami terjauhkan dan menghindarkan dari tarikan-tarikan politik dalam event pilkada dan sejenisnya,” kata kyai yang akrab dipanggil dengan kyai Arjuna.
“Pada saat ini banyak lembaga pendidikan yang hanya mengedepankan ‘mauidloh hasanah’ (nasihat yang baik) dan seolah melupakan ‘uswatun hasanah’ (teladan yang baik), sehingga secara menyeluruh akan mengurangi nilai kualitas pendidikan tersebut kepada para anak didiknya”, lanjutnya.
Kasus politisasi lembaga pendidikan di Bekasi tersebut telah menjadi viral dan mengundang perhatian Ridwan Kamil sebagai salah satu kontestan yang dipilih oleh ibu guru Rabiatul Adawiyah.
Secara terpisah kyai Arjuna sudah menugaskan kepada pengurus LP Ma’arif wilayah Jawa Barat khususnya cabang Bekasi untuk menawarkan kepada ibu Rabiatul apabila berkenan agar mengajar di sekolah di bawah naungan LP Ma’arif seputar wilayah yang sesuai dengan ibu Rabiatul.
“Kami sudah menugaskan kepada pengurus Ma’arif wilayah Jawa Barat khususnya kota Bekasi untuk memberikan penawaran kepada beliau apabila berkenan agar mengajar di sekolah yang berada di bawah naungan Ma’arif”, tutupnya.
(Sumber. Laduni.id)
KOMENTAR