Orasi Menaker, M. Hanif Dhakiri pada Kuliah Tamu di Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo (foto: Baharun) RamahNUsantara, Probolinggo...
Orasi Menaker, M. Hanif Dhakiri pada Kuliah Tamu di Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo (foto: Baharun) |
RamahNUsantara, Probolinggo - Universitas Nurul Jadid menggelar Kuliah Tamu dengan tema, "Memperkuat Peran Perguruan Tinggi dalam Menciptakan, Masyarakat yang Mandiri dan Berdaya Saing Global," di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo Jawa Timur, Minggu, (26/8/2018)
Pada kesempatan itu, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan menjadi mahasiswa di pondok pesantren memiliki tiga karakter. Pertama NU, kedua Islam, ketiga Indonesia. Tiga hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada keterputusan antara kita dengan para pendahulu kita, baik dengan Rasulullah maupun dengan Founding Father.
"Perkembangan teknologi yang massif ini merubah pola dan cara kerja seseorang, baik dari sisi waktu dan berbiaya murah, akan tetapi tantangannya menyebabkan ketergantungan," kata Hanif,
Lanjut Hanif, hal itu akan memberikan ketergantungan kita terhadap teknologi, sehingga menyebabkan karakter pekerjaan berubah dan skill pun berubah.
Perubahan karakter kata Menaker Hanif, kita harus bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perubahan itu sifatnya cepat atau eksponensial. Begitu juga dengan SDM kita saat ini yang berbeda dengan SDM beberapa dekade yang lalu.
Lebih lanjut kata Hanif, saat ini kita butuh Human Capital, yang basisnya pengetahuan dan inovasi, kalau hanya sekedar sarjana tidak cukup, tapi dibutuhkan inovasi dan kreatifitas.
"Kalau kita tidak melakukan inovasi maka kita akan tertinggal. Oleh karena mahasiswa yang berbasis pesantren harus mampu menghadapi tantangan dan peluang tersebut," ujar Hanif.
Dikesempatan yang sama Rektor Universitas Nurul Jadid, KH. Abdul Hamid mengatakan, melalui kegiatan ini, kita bisa memperkaya khazanah keilmuan dengan seni.
"Karena hal ink tidak bisa didapatkan dari belajar di kelas saja, akan tetapi pengalaman adalah gurh yang sangat luar biasa, seni adalah bagiannga dan hikmah sebagai ujungnya," tuturnya.
(Baharun/srf)
KOMENTAR