Foto: Ilustrasi RamahNUsantara, Yogyakarta - Cerita surga di Jawa itu tidak laku. Surga itu (dalam penggambaran Alquran): tajr...
Foto: Ilustrasi |
RamahNUsantara, Yogyakarta - Cerita surga di Jawa itu tidak laku. Surga itu (dalam
penggambaran Alquran): tajri min tahtihal anhaar (airnya mengalir), seperti
kali. Kata orang disini: “mencari air kok sampai surga segala? Disini itu,
sawah semua airnya mengalir.” Artinya, pasti bukan itu yang diceritakan para
ulama penyebar Islam. Cerita surga tentang buahnya banyak juga tidak, karena
disini juga banyak buah. Artinya dakwah disini tidak mudah.
Diceritain pangeran, orang Jawa sudah punya Sanghyang
Widhi. Diceritain Ka’bah orang jawa juga sudah punya stupa: sama-sama batunya
dan tengahnya sama berlubangnya. Dijelaskan menggunakan tugu Jabal Rahmah,
orang Jawa punya Lingga Yoni.
Dijelaskan memakai hari raya kurban, orang Jawa punya
peringatan hari raya kedri. Sudah lengkap. Islam datang membawa harta-benda,
orang Jawa juga tidak doyan. Kenapa? Orang Jawa pada waktu itu beragama hindu.
Hindu itu berprinsip yang boleh bicara agama adalah orang Brahmana, kasta yang
sudah tidak membicarakan dunia.
Dibawah Brahmana ada kasta Ksatria, seperti kalau
sekarang Gubernur atau Bupati. Ini juga tidak boleh bicara agama, karena masih
ngurusin dunia. Dibawah itu ada kasta namanya Wesya (Waisya), kastanya pegawai
negeri. Kasta ini tidak boleh bicara agama.
Di bawah itu ada petani, pedagang dan saudagar, ini
kastanya Sudra . Kasta ini juga tidak boleh bicara agama. Jadi kalau ada cerita
Islam dibawa oleh para saudagar, tidak bisa dterima akal. Secara teori ilmu
pengetahuan ditolak, karena saudagar itu Sudra dan Sudra tidak boleh bicara
soal agama.
Yang cerita Islam dibawa saudagar ini karena saking
judeg-nya, bingungnya memahami Islam di Indonesia. Dibawahnya ada kasta paria,
yang hidup dengan meminta-minta, mengemis. Dibawah Paria ada pencopet, namanya
kasta Tucca. Dibawah Tucca ada maling, pencuri, namanya kasta Mlecca.
Dibawahnya lagi ada begal, perampok, namanya kasta Candala.
Anak-anak muda NU harus tahu. Itu semua nantinya terkait
dengan Nahdlatul Ulama. Akhirnya para ulama kepingin, ada tempat begitu bagusnya,
mencoba diislamkan. Ulama-ulama dikirim ke sini.
Baca Sebelumnya >> Cuma Tiga Hal itu Pencirian Islam Indonesia
Baca Selanjutnya >> Orang-orang Disini Mau Memakan Manusia
KOMENTAR