Foto: Ilustrasi Istimewa RamahNUsantara, Yogyakarta - Mengislamkan Majapahit itu tidak mudah. Majapahit orangnya pinter-pinte...
RamahNUsantara, Yogyakarta - Mengislamkan Majapahit itu tidak mudah. Majapahit orangnya
pinter-pinter. Majapahit Hindu, sedangkan Sunan Ampel Islam. Ibarat sawah
ditanami padi, kok malah ditanami pisang. Kalau anda begitu, pohon pisang anda
bisa ditebang.
Sunan Ampel berpikir bagaimana caranya? Akhirnya beliau
mendapat petunjuk ayat Alquran. Dalam surat Al-Fath, 48:29 disebutkan :
".... masaluhum fit tawrat wa masaluhum fil injil ka zar’in ahraja sat’ahu
fa azarahu fastagladza fastawa ‘ala sukıhi yu’jibuz zurraa, li yagidza bihimul
kuffar………”
Artinya: “…………Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat
dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin)……………”
Islam itu seperti tanaman yang memiliki anak-anaknya,
kemudian hamil, kemudian berbuah, ibu dan anaknya bersama memenuhi pasar,
menakuti orang kafir. Tanaman apa yang keluar anaknya dulu baru kemudian ibunya
hamil? Jawabannya adalah padi.
Maka kemudian Sunan Ampel dalam menanam Islam seperti
menanam padi. Kalau menanam padi tidak di atas tanah, tetapi dibawah tanah,
kalau diatas tanah nanti dipatok ayam, dimakan tikus.
Mau menanam Allah, disini sudah ada istilah pangeran. Mau
menanam shalat, disini sudah ada istilah sembahyang. Mau menanam syaikhun,
ustadzun, disini sudah ada kiai. Menanam tilmidzun, muridun , disini sudah ada
shastri, kemudian dinamani santri. Inilah ulama dulu, menanamnya tidak
kelihatan.
Menanamnya pelan-pelan, sedikit demi sedikit: kalimat
syahadat, jadi kalimasada. Syahadatain, jadi sekaten. Mushalla, jadi langgar.
Sampai itu jadi bahasa masyarakat. Yang paling sulit mememberi pengertian orang
Jawa tentang mati.
waktu itu.
Baca Sebelumnya >> Lidah Orang Jawa Sulit Menyebutnya
Baca Selanjutnya >> Prinsip Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun
KOMENTAR