Foto:Ilustrasi RamahNUsantara, Yogyakarta - Nah, nang ning nang nong, hidup itu ya disini ya disana. Kalau pingin akhiran b...
Foto:Ilustrasi |
RamahNUsantara, Yogyakarta - Nah, nang ning nang nong, hidup itu ya disini ya disana.
Kalau pingin akhiran baik, naik ke ndang ndang, ndang ndang, gung. Ndang balik
ke Sanghyang Agung. Fafirru illallaah , kembalilah kepada Allah. Pelan-pelan.
Orang sini kadang tidak paham kalau itu buatan Sunan Bonang.
Maka, kemudian, oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, dibuatkan
tumpeng agar bisa makan. Begitu makan kotor semua, dibasuh dengan tiga air
bunga: mawar, kenanga dan kanthil.
Maksudnya: uripmu mawarno-warno, keno ngono keno ngene,
ning atimu kudhu kanthil nang Gusti Allah (Hidupmu berwarna-warni, boleh
seperti ini seperti itu, tetapi hatimu harus tertaut kepada Allah). Lho , ini
piwulang-piwulangnya, belum diajarkan apa-apa. Oleh Sunan Kalijaga, yang belum
bisa mengaji, diajari Kidung Rumekso Ing Wengi. Oleh Syekh Siti Jenar, yang
belum sembahyang, diajari syahadat saja.
Ketika tanaman ini sudah ditanam, Sunan Ampel kemudian
ingin tahu: tanamanku itu sudah tumbuh apa belum? Maka di-cek dengan tembang
Lir Ilir, tandurku iki wis sumilir durung? Nek wis sumilir, wis ijo royo-royo,
ayo menek blimbing. Blimbing itu ayo shalat. Blimbing itu sanopo lambang
shalat.
Disini itu, apa-apa dengan lambang, dengan simbol:
kolo-kolo teko , janur gunung. Udan grimis panas-panas , caping gunung.
Blimbing itu bergigir lima. Maka, cah angon, ayo menek blimbing . Tidak cah
angon ayo memanjat mangga.
Akhirnya ini praktek, shalat. Tapi prakteknya beda.
Begitu di ajak shalat, kita beda. Disana, shalat 'imaadudin, lha shalat disini,
tanamannya mleyor-mleyor, berayun-ayun.
Disana dipanggil jam setengah duabelas kumpul. Kalau
disini dipanggil jam segitu masih disawah, di kebun, angon bebek, masih nyuri
kayu. Maka manggilnya pukul setengah dua. Adzanlah muadzin, orang yang adzan.
Setelah ditunggu, tunggu, kok tidak datang-datang.
Padahal tugas Imam adalah menunggu makmum. Ditunggu
dengan memakai pujian. Rabbana ya rabbaana, rabbana dholamna angfusana , –
sambil tolah-toleh, mana ini makmumnya – wainlam taghfirlana, wa tarhamna
lanakunanna minal khasirin.
Baca Sebelumnya >> Hindu Reinkarnasi, Kalau Islam Pucung
Baca Selanjutnya >> Tombo Ati, Iku Ono Limang Perkoro
KOMENTAR