Kegiatan Pergunu Kota Depok bekali pelajar dengan pelatihan tangkal hoax dan paham intoleransi (Foto/hkm: 10/9/18) RamahNUsantara, Dep...
Kegiatan Pergunu Kota Depok bekali pelajar dengan pelatihan tangkal hoax dan paham intoleransi (Foto/hkm: 10/9/18) |
RamahNUsantara, Depok - Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kota Depok menggelar pertemuan guru guru dan pelajar di gedung serbaguna SMP Lazuardi Al Falah Margonda Depok Jawa Barat, Sabtu lalu (8/9/2018). Kegiatan bertema ‘Jurnalistik Pelajar Damai’.
Ketua pelaksana acara, Abdul Hakim, S.Ud, mengatakan, gelaran ini merupakan pemberian bekal kepada para siswa dan seluruh elemen sekolah dalam menghadapi bahaya intoleransi dan radikalisme.
“Kegiatan ini adalah sebagai silaturahmi antar guru dan siswa serta sarana untuk menebarkan Islam yang menjadi berkah untuk semesta,” ujar Abdul Hakim.
Menurut Hakim, meningkatnya sentimen keagamaan yang berkembang belakangan ini perlu segera disikapi secara bijak, tak hanya cepat namun juga harus tepat.
“Salah satu akar dari mencuatnya sentimen tersebut adalah intoleransi yang menjalar hampir ke berabagai lini. Dan untuk urusan ini, sekolah ternyata seringkali tak menjadi tempat yang aman dari ungkapan kebencian,” kata Abdul Hakim.
Diketahui, Survei toleransi pelajar Indonesia yang dilakukan oleh oleh Setara Institute tahun lalu menunjukkan fakta ini. Di mana 35,7 persen siswa diketahui memiliki paham intoleran yang baru dalam tataran pemikiran; 2,4 persen sudah menunjukkan sikap intoleran dalam tindakan dan perkataan, dan 0,3 persen berpotensi menjadi teroris.
“Survei ini dilakukan atas 760 responden yang sedang menempuh pendidikan SMA Negeri di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat. Penelitian serupa yang dilakukan oleh banyak lembaga lain, seperti Wahid Foundation dan PPIM juga menemukan hasil yang tak jauh berbeda,” terang Hakim kepada wartawan, Senin (10/9/2018).
Ancaman intoleransi dan radikalisme, lanjut Hakim, yang terjadi di ruang sekolah rupanya tak hanya menggerogoti siswa, tetapi juga guru. Temuan Maarif Institute di awal tahun ini menyebut ada peran guru dalam penyebaran radikalisme di sekolah.
Hakim menuturkan, dari hasil pertemuan tersebut, lahirlah 5 point Deklarasi kesepakatan,”Yang salah satunya berjanji untuk menjaga etika dalam Jurnalistik dan tidak menyebarkan berita yang Hoax dan selalu mengajak pada persatuan dan menjaga keutuhan NKRI,” pungkas Hakim.
Acara yang dihadiri oleh ratusan Pelajar Santri dan Guru-guru dari 70 sekolah kota Depok dan sekitarnya, juga hadir sejumlah aktivis Perdamaian diantaranya: Gus Subhi dari Wahid Institut, Gus Khairul Anam, Hanifah dari Asian Muslim Action Network dan KH. Dr. Saiful Falah dari komunitas Santrinulis sekaligus direktur Institut Ummul Quro Al Islami.
(srf)
KOMENTAR